Pandangan Ulama Terhadap Tafsir Al-Isyari
Para ulama bebeda pendapat tentang tafsir al-isyari, sebagian dari mereka ada yang memperbolehkannya. Namun sebagian yang lain ada yang menganggapnya sebagai kesempurnaan iman dan inti dari ‘irfan. Tetapi selain itu, ada yang menyimpulkan sebagai kesesatan dan penyimpangan dari agama Allah ‘Azza wa Jalla.
Tidak bisa dipungkiri bahwa, kajian terhadap Al-Quran berdasarkan isyari sangat rumit dan butuh kejelian yang mendalam serta kecerdasan berfikir juga meyelami ke dasar hakikat. Dengan demikian, jelas apabila tujuan penafsiran itu sekedar menuruti hawa nafsu dan mempermainkan ayat-ayat Allah ‘Azza wa Jalla sebagaimana yang dilakukan oleh kaum al-Bathiniyyah, itu berarti suatu perbuatan zindiq, dimana secara lahir menampakan islam, namun secara batin tersimpan bentuk kekufuran dan menyimpan pertentangan terhadap agama Allah, ataupun manakala tujuan pentafsiran itu untuk mengisyaratkan bahwa kalam Allah ‘Azza wa jallaitu tidak bisa dijangkau oleh manusia, karena ia merupakan kalamnya sang Maha Pencipta, Maha Kuat Dan Maha Perkasa, dan bahwa kalam Allah itu mempunyai berbagai segi pemahaman maupun rahasia yang amat dalam dan keajaiban-keajaiban yang tidak ada habisnya, maka yang demikian itu menunjukan suatu kesempurnaan iman dan ma’rifah.
Ibnu Abbas berkata: “sesungguhnya Al-Quran itu mengandung banyak ancaman dan janji, meliputi yang lahir dan batin. Tidak pernah terkuras habis keajaibannya dan tidak pernah terjangkau puncaknya. Barangsiapa memasukinya dengan hati-hati makan akan selamat, namun barangsiapa yang memasukinya dengan ceroboh maka akan jatuh dan tersesat. Ia memuat bebrapa kabar dan mitsal, tentang halal dan haram, nasikh dan mansukh, muhkan dan mutasyabih, dzahir dan bathin. Maka dzahirnya yaitu bacaan, sedangkan batinnya adalah takwil. Tanyakan ia kepada para ulama, jangan tanyakan ia kepada orang-orang bodoh” . (HR Abu Hatim dari adh-Dhahak )
Penulis : Ustadz Wildan Risalat (Bidang Kesantrian Pesantren MAQI)
