Pembagian Isim Berdasarkan Nakirah dan Ma‘rifah
Pengantar
Dalam ilmu nahwu, isim (kata benda) tidak hanya dibedakan berdasarkan bilangan dan jenis, tetapi juga berdasarkan tingkat kejelasan makna. Dari sisi ini, isim terbagi menjadi dua bagian besar: nakirah (نكرة) dan ma‘rifah (معرفة). Pembagian ini penting karena menentukan sejauh mana sebuah kata menunjuk pada sesuatu yang jelas atau umum.
1. Isim Nakirah (الإسم النكرة)
Isim nakirah adalah kata benda yang menunjuk pada sesuatu yang belum tertentu atau masih umum. Dengan kata lain, isim nakirah tidak menunjukkan individu tertentu, melainkan jenis atau golongan secara umum.
Contoh Isim Nakirah
-
رَجُلٌ (seorang laki-laki)
-
كِتَابٌ (sebuah buku)
-
طَالِبٌ (seorang pelajar)
-
بَيْتٌ (sebuah rumah)
Semua contoh di atas menunjukkan sesuatu yang tidak spesifik. Ketika seseorang mengatakan رجلٌ, maka belum diketahui siapa laki-laki itu.
Ciri-Ciri Isim Nakirah
-
Dapat menerima tanwīn (ــٌ، ــٍ، ــً).
-
Tidak diawali dengan alif-lām (ال).
-
Menunjukkan makna umum dan tidak terbatas.
Contoh dalam Kalimat
جَاءَ رَجُلٌ مِنَ الْقَرْيَةِ
Telah datang seorang laki-laki dari desa itu.
Kata رجلٌ di sini adalah isim nakirah karena tidak menunjuk pada laki-laki tertentu.
2. Isim Ma‘rifah (الإسم المعرفة)
Isim ma‘rifah adalah kata benda yang menunjukkan sesuatu yang spesifik, jelas, dan dikenal. Ia adalah kebalikan dari nakirah.
Macam-Macam Isim Ma‘rifah
Para ulama membagi isim ma‘rifah menjadi tujuh jenis utama, yaitu:
a. Ḍamīr (الضمير) – Kata Ganti
Contoh: أنا (aku), نحن (kami), هو (dia laki-laki), هي (dia perempuan).
Kata ganti selalu menunjuk pada sesuatu yang spesifik, sehingga termasuk ma‘rifah.
b. ‘Alam (العَلَم) – Nama Diri
Contoh: محمد (Muhammad), عائشة (Aisyah), مكة (Mekkah), المدينة (Madinah).
Nama diri secara langsung menunjukkan individu tertentu.
c. Isim Isyārah (اسم الإشارة) – Kata Tunjuk
Contoh: هذا (ini), هذه (ini [perempuan]), ذلك (itu), تلك (itu [perempuan]).
Menunjukkan sesuatu yang ditunjuk secara jelas.
d. Isim Maushūl (الإسم الموصول) – Kata Sambung
Contoh: الذي (yang laki-laki), التي (yang perempuan), اللذان (dua yang laki-laki).
Kata ini menghubungkan kalimat dengan sifat tertentu dan menunjuk sesuatu yang sudah diketahui.
e. Ma‘rifah bil-‘Ahd (بالعهد) – Dikenal karena Konteks
Yaitu isim nakirah yang menjadi ma‘rifah karena sudah disebut sebelumnya atau telah diketahui lawan bicara.
Contoh:
جاءَ رجلٌ، فَأَكْرَمْتُ الرَّجُلَ
Telah datang seorang laki-laki, lalu aku memuliakan laki-laki itu.
Kata الرجلَ menjadi ma‘rifah karena telah diketahui dari konteks sebelumnya.
f. Ma‘rifah bil-Iḍāfah (بالإضافة) – Dikenal karena Kepemilikan
Contoh: كتابُ الطالبِ (buku milik pelajar).
Kata كتاب menjadi ma‘rifah karena diidhafahkan kepada kata الطالب yang ma‘rifah.
g. Isim yang Didahului “Al” (ال)
Contoh: الكتابُ (buku itu), الرجلُ (laki-laki itu).
Huruf ال menjadikan isim nakirah menjadi ma‘rifah karena maknanya menjadi spesifik.
Dalil dari Al-Qur’an
Allah ﷻ berfirman:
فَأَخْرَجْنَاهُمْ مِنْ جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ
“Lalu Kami keluarkan mereka dari taman-taman dan mata air.” (Asy-Syu‘arā: 57)
Kata جنّاتٍ dan عيونٍ dalam ayat ini berbentuk nakirah karena menunjukkan banyak taman dan mata air secara umum, bukan yang tertentu.
Sedangkan pada ayat lain Allah ﷻ berfirman:
فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ
“(Mereka berada) di taman-taman kenikmatan.” (Al-Wāqi‘ah: 12)
Kata النعيم memakai alif-lām, sehingga menjadi ma‘rifah karena menunjukkan taman tertentu di surga.
Atsar Ulama
Imam Sibawaih رحمه الله berkata dalam Al-Kitāb:
النكرة تدل على شيءٍ غير معيّن، والمعرفة تدل على شيءٍ قد عُرِفَ بذاته
“Nakirah menunjukkan sesuatu yang belum tertentu, sedangkan ma‘rifah menunjukkan sesuatu yang telah dikenal dengan sendirinya.”
Perbedaan Antara Nakirah dan Ma‘rifah
| Aspek | Nakirah | Ma‘rifah |
|---|---|---|
| Makna | Umum, tidak spesifik | Spesifik, jelas |
| Tanda | Tidak memakai “ال”, bisa ditanwinkan | Memakai “ال” atau termasuk salah satu jenis ma‘rifah |
| Contoh | رجلٌ، كتابٌ | الرجلُ، الكتابُ |
| Penggunaan | Menunjukkan sesuatu secara umum | Menunjukkan sesuatu yang telah diketahui |
Kesimpulan
Isim dalam bahasa Arab terbagi menjadi dua dari sisi kejelasan makna: nakirah, yang menunjukkan sesuatu yang umum, dan ma‘rifah, yang menunjukkan sesuatu yang spesifik dan jelas. Pemahaman terhadap pembagian ini sangat penting dalam ilmu nahwu dan tafsir karena sering memengaruhi makna ayat dan konteks kalimat dalam bahasa Arab.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|


