Ulumul Quran

Syarat-Syarat Kemukjizatan

Para ulama telah merumuskan dan menetapkan bahwa mukjizat mempunyai lima syarat, jika salah satu dari sayarat tersebut tidak terpenuhi, maka tidak bisa dinamakan mukjizat. Adapun syarat-syaratnyasebagai berikut:

Berupa sesuatu yang hanya dapat diciptakan oleh Allah. Jika ada seseorang datang pada zaman yang dimungkinkan datangnya rasul, lantas ia mengaku sebagai utusan Allah dan menjadikan kemampuan makan, minum, duduk, berdiri, serta berpindah dari satu tempat ketempat lain sebagai mukjizat, maka itu bukanlah mukjizat, karena selain orang tersebut mampu dan hal-hal tersebut merupakan kemampuan dasar yang Allah ‘Azza wa Jalla anugrahkan kepada setiap manusia. Sedangkan mukjizat haruslah dari sesuatu yang orang lain tidak akan pernah mampu melakukannya.

Beruapa sesuatu yang asing dan keluar dari nalar manusia. Yang dinamakan mukjizat harus berupa sesuatu yang dahsyat dan luar biasa. Jikalau ada seseorang yang mengaku sebagai nabi kemudian berkata: “mukjizatku adalah menerbitkan matahari dari timur dan membenamkannya di barat”. Maka penagakaun tersebut tidak bisa dijadikan dalil, bahwa dia seorang nabi. Karena meskipun hal tersebut termasuk sesuatu yang hanya dapat dilakukan oleh Allah ‘Azza wa Jalla, namun Allah tidak menciptakan hal demikian untuk dijadikan dalil bagi kenabian seseorang, karena hal demikian telah ada sebelumnya.

Berupa kesaksian untuk membenarkan pengakuan seseorang sebagai nabi. Mukjizat haruslah berupa sesuatu yang dapat dijadikan sebagai kesaksian seseorang yang mengaku nabi dan bisa dimunculkan atau dilakukan sewaktu diminta untuk membenarkan pengakuanya.

Berupa persetujuan atas seruan atau pengakuan nabi yang menantang dengan mukjizat itu. Mukjizat itu terjadi sesuai dan menguatkan seruan, bukan memendam atau menyimpan dan mendustakannya. Sebagai contoh: Musailamah al-kadzdzab pernah diminta oleh para pengikutnya untuk meludahi sumur agar airnya bertambah banyak. Tapi justru yang terjadi sebaliknya, sumur tersebut mongering. Maka hal tersebut menunjukan kebohongannya sebagai nabi.

Berupa sesuatu yang tidak mampu dibuat yang semisal dengan mukjizat tersebut. Mukjizat itu tidak tertandingi. Jika tertandingi, berarti tidak dinamakan mukjizat dan tidak menunjukan kebenaran orang yang memilikinya sebagai nabi.

Penulis : Ustadz Wildan Risalat (Bidang Kesantrian Pesantren MAQI)

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Advertisment ad adsense adlogger