Khutbah Jumat

Pendidikan Anak Shalih

 

Hadirin Rahimakumullah

Pendidikan didalam islam memiliki hukum fardhu kifayah, wajib kepada setiap individu yang memiliki anak, sebagai mana bukti nyata Allah gambarkan pada sosok lukman al hakim didalam Al Qur’an bagaimana ia mendidik anaknya ketika tumbuh dewasa.

Apabila kita sedang mendidik anak-anak berarti kita sedang mengamalkan firman-firman Allah, dan itu berarti kita sedang memegang peran penting terhadap masa depan umat islam.

Allah menyebutkan di dalam ayat:

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

Artinya : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS An-Nisa [4] : 9).

Mendidik anak berarti juga kita sedang menyiapkan bekal  jangka panjang, terutama akhirat. Jika pendidikan itu berhasil  mengantarkan anak menjadi anak shalih yang mendoakan kedua orang tuanya untuk dapat diampuni dosa-dosanya.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Artinya : “Apabila manusia telah meninggal, maka semua amalnya akan terputus kecuali tiga perkara. (Yaitu: ) shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya”. (H.R. Muslim).

Kaum Muslimin yang dirahmati Allah

Bagaimanakah upaya kita dalam mendidik sesuai fitrahnya sebagai hamba Allah?

Pertama, mendidik anak dengan meneguhkan kalimat tauhid dalam jiwa anak, sehingga kelak anak-anak terbimbing selalu di jalan Allah.

Dalam hal ini, sesuai dengan tuntunan Nabi:

إِفْتَحُوْا عَلَى صِبْيَانِكُمْ أَوَّلَ كَلِمَةٍ لا إله إلا الله

Artinya: “Bukakanlah untuk anak-anak kalian pertama kalinya dengan kalimat La ilaha illallah (tiada sesembahan yang hak kecuali Allah)”. (HR Al-Hakim dari Ibnu Abbas).

Kedua, membimbing dan mengajak anak untuk menunaikan shalat.

مُرُوْا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِيْنَ ، وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ

Artinya: “Perintahkanlah anak-anak kalian shalat ketika berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka ketika berusia sepuluh tahun (jika mereka meninggalkan shalat). Serta pisahkanlah tempat tidur mereka (antara anak laki-laki dan anak perempuan)”. (HR Al-Hakim dari ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhu).

Ketiga, mengajarkan Al-Quran kepada anak-anak.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

 أَدِّبُوْا أَوْلاَدَكُمْ عَلَى ثَلاَثِ خِصَالٍ حُبِّ نَبِيِّكُمْ وَحُبِّ أَهْلِ بَيْتِهِ وَحُبِّ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ

Artinya: “Didiklah anak-anak kalian dengan tiga hal; mencintai nabimu, dan mencintai keluarganya dan membaca Al-Qur’an”. (HR Ad-Dailami).

Hadirin yang sama-sama mengharap ridha dan ampunan Allah

Imam Al-Ghazali menyebutkamn dalam kata-kata nasihatnya, “amanah di tangan ibu-bapaknya. Hatinya masih suci ibarat permata yang mahal harganya. Apabila ia dibiasakan pada suatu yang baik dan dididik, niscaya ia akan tumbuh besar dengan sifat-sifat baik dan akan bahagia di dunia akhirat. Sebaliknya, bila ia dibiasakan dengan tradisi-tradisi buruk, tidak dipedulikan seperti halnya hewan, niscaya ia akan hancur dan binasa.

Karena itu, marilah kita didik anak-anak kita, generasi muda kita, siswa-siswa kita, santri-santri kita, dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya, agar mereka tumbuh menjadi hamba-hamba Allah yang bertakwa.

Aamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin.

Penulis : Ustadz A. Muslim Nurdin, S.Pd (Mudir Pesantren MAQI)

 

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Advertisment ad adsense adlogger