Arti Sebuah Kedudukan
Mari kita awali dengan fenomena seseorang yang tidak melaksanakan shalat atau tidak menunaikan zakat, lebih umum lagi tidak mengerjakan perintah-perintah Allah dan tidak menjauhi larangan-larangan Allah. Apakah kita boleh langsung mengatakan bahwa dia adalah orang yang membenci syari’at? Tentunya kita harus meneliti dan mencari kebenarannya terlebih dahulu dengan mencari alasan kenapa ia meninggalkan kewajibannya itu.
Hakikatnya semua manusia adalah keturunan nabi yakni nabi Adam AS, sedangkan nabi adalah ahli sujud, ahli mengerjakan syari’at maka heran jika manusia sebagai anak cucunya tidak mengikuti nenek moyangnnya atau pendahulunya. Tidak ada satupun makhlauk yang tidak pernah sujud kecuali iblis sedangkan tidak ada manusia keturunan iblis. Jadi bagaimana atas fenomena tadi ada orang yang tak sujud atau shalat mungkin ia keturunan iblis?. Tetap saja turunan nabi akan tetapi ia sering bergaul dengan iblis.
Untuk jawaban ilmiahnya yaitu kemungkinan besar ia luapa akan kedudukan. Seseorang akan dapat menjalankan tugasnya dengan baik jika ia mengerti kedudukannya, seperti contoh seorang suami mempunyai kedudukan sebagai kepala keluarganya artinya wajib baginya menafkahi anak dan istrinya. Jika suami tidak tahu akan kedudukannya sebagai kepala keluarga tentu ia akan sibuk mengurus pekerjaan rumah atau pekerjaan seorang istri. Begitupun manusia baik Raja, rakyat, miskin, kaya, anak-anak, dewasa maupun lanjut usia semuanya mempunyai kedudukan yang sama di hadapan Allah yaitu ‘abd Allah atau hambanya Allah.
Manusia sebagai hamba Allah dengan tujuan mengabdi, menuruti perintahNya dan menjaui hal-hal yang dilarangNya dan lebih umumnya ialah beribadah. Sebagaimana Allah berfirman dalam surah Adz-Dzariyat ayat 56
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Artinya: “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”.
Penulis: Paisal Ahmad Akbar (Web Administrator)