CABANG KEIMANAN
CABANG KEIMANAN
Pada hadis yang diriwayatkan oleh Abu hurairah dalam kitab Imam Bukhari pada Kitab al-iman pada Baabu umuuri al-iiman. Rasul bersabda, Yang memiliki terjemah “Iman itu terdapat enam puluh dan beberapa cabang, dan malu adalah cabang dari iman”. Dengan malu, kita akan terjaga, baik dari celaan manusia atau pun celaan Alloh.
Malu yang dimaksud disini tentu dengan alat ukur syariat, karena dalam satu keadaan kita bisa mendengar orang berkata ” mamah!.. aku malu pake hijab, soalnya semua temen-temen aku gak pake”, dan contoh ini tidak termasuk cabang dari iman.
Dalam satu hadis dijelaskan karakter malu yang seperti apa yang masuk kategori iman. Pada hadis dari ‘imran bin hushain dalam kitab Imam Bukhari pada Kitab Al-adab pada Bab al-haya Nabi bersabda “al-haya’u laa ya’tiy illa bikhairin” artinya “sifat malu itu tidak datang kecuali dengan kebaikan”. Maka jelas bagi kita bahwa malu yang terkategori keimanan adalah bersifat kebaikan.
Dan baiknya iman seorang hamba akan tercermin pada amalannya. Dalam sebuah hadis dari ‘Abdillah bin Amr pada kitab Imam Bukhari pada kitab al-iiman bagian bab ith’aam min Al-islam, diceritakan ada seorang laki-laki datang dan bertanya kepada Nabi ‘ayyu islaami Khairun ?” (islam yang bagaimana islam yang paling baik), kemudian Rasul menjawab “tuth’imu al-tha’am wa taqrau al-salam ‘alaa man ‘arafta wa man lam ta’rif” (engkau memberi makan dan mengucapkan salam kepada yang kamu kenal dan kepada yang kamu belum kenal). Dari hadis ini muncul bukti keimanan seseorang, yaitu dengan memberi makan dan mengucapkan salam. Dan tentu masih banyak amal yang mencerminkan keimanan seseorang, dan tentu amal yang dilakukan berkaitan dengan keyakinan yang benar.
Dan dalam hadis yang lain digambarkan dengan amaliyah seseorang tidak menyakiti saudaranya baik dengan ucapan atau pun perbuatan. Para sahabat bertanya kepada rasul “ayyu al-islam Afdhal?” (islam yang bagaimana yang paling afdhal?). Rasul menjawab “man salima Al-muslimuuna min lisaanihi wa yadihi” (siapa yang muslim lain selamat dari lisan dan tangannya). Hadis ini menjelaskan bahwa islam yang baik adalah tidak menyakiti saudara muslim yang lainnya, dan hal itu adalah bukti dari keimanan seseorang.
Dalam hadis-hadis tersebar amaliyah orang yang beriman, yaitu mencintai untuk saudaranya seperti ia mencintai untuk dirinya, menghormati tetangganya, menghormati tamu, berkata hanya dengan perkataan yang baik, atau kalau tidak bisa diam, dan banyak hadis lain yang menyebutkan hal yang lainnya yang termasuk bagian dari iman.
Dan tentu saja dari keimanan yang kita usahakan, ada harapan yang ingin kita capai. Maka, dalam satu hadis dikatakan keutamaan orang yang keimanannya sungguh-sunnguh. Barang siapa yang pada dirinya ada tiga perkara, yang pertama, kecintaanya kepada Alloh dan Rasulnya melebihi apapun jua, kedua, bersatu dan berpisah dengan seseorang landasannya adalah cinta pada Alloh, dan yang ketiga, benci kembali kepada kekufuran sebagaimana ia benci dimasukan kedalam neraka. Maka apabila ada tiga hal tersebut, nabi bersabda “wajada fiihi halaawatal iiman” (akan mendapatkan manisnya iman).
Penulis: Ustadz Nur Falah (Staff Pengajar Pesantren MAQI)