Al-Quran

Berkenalan Dengan Wali Allah di Dunia

 

Kata wali adalah sebuah kata yang berkonotasi memilukan di antara masyarakat kita terkhusus di Indonesia. Hal selaras dengan kenyataan di lapangan, setiap kali di sebut wali maka yang terbayang adalah orang yang memiliki banyak karamah, mulai kemampuan bisa terbang, berjalan di atas air, jum’atan di Masjidil Haram sementara orangnya di indonesia, shalat di atas pelepah pisang, bisa mengobati orang sakit, memahami berbagai bahasa di seluruh dunia, weruh sak durunge winarah (tahu sebelum diberi tahu) dan seambreg anggapan-anggapan sakti lainnya. Atau bisa disimpulkan, mereka menganggap wali itu sama dengan orang sakti.

Maka tidak heran jika ada di antara kiyai fasiq yang berlumuran dengan dosa dan maksiat, namun mereka menyebutnya sebagai wali, karena dia memiliki kesaktian. Sebaliknya, orang yang taat dan ikhlas dalam beribadah, namun karena tidak memiliki kesaktian, status kewaliannya diragukan.

Padahal secara ilmiah kita lihat bahwa kata wali Secara bahasa adalah kata al-walii berasal dari kata dasar al-walaayah yang artinya cinta dan kedekatan. Lawan kata dari kata al-walaayah adalah al-‘adaawah yang artinya permusuhan. Orang yang taat kepada Allah disebut wali Allah, karena kedekatannya dengan Allah melalui ibadah yang dia lakukan dan ketundukannya untuk berusaha mengikuti semua aturan Sang Pencipta.

Allah ta’ala telah menjalaskan batasan, siapakah wali Allah yang sesungguhnya. Dalam al Qur’an surat Yunus ayat 62-63, Allah telah menjelaskan definisi wali Allah,

أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ . الَّذِينَ آَمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ

“Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati – jaminan masuk surga – (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.”

Dalam menafsirkan ayat ini Al-Imam Ibnu Katsir mengatakan :

يخبر تعالى أن أولياءه هم الذين آمنوا وكانوا يتقون، كما فسرهم ربهم، فكل من كان تقيا كان لله وليا

“Allah mengabarkan bahwa wali-wali-Nya adalah setiap orang yang beriman dan bertaqwa. Sebagaimana yang Allah jelaskan. Sehingga setiap orang yang bertaqwa maka dia adalah wali Allah.”

Dan Imam Abu Ja’far At-Thahawi memberikan sebuah kaidah:

والمؤمنون كلهم أولياء الرحمن، وأكرمهم عند الله أطوعهم وأتبعهم للقرآن

“Setiap mukmin adalah wali Allah. Dan wali yang paling mulia di sisi Allah adalah wali yang paling taat dan paling mengikuti Al Qur’an.

Maka dari ayat dan kaedah ini kita bisa simpulkan bahwa wali Allah di dunia adalah orang yang bertakwa kepada Allah dengan berpegang tekuh pada Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam, walaupun dia tidak sakti. Karena Al-imam An-Nawawi mengatakan karomah wali yang paling mulia adalah istiqomah di jalan Allah Ta’ala.

Semoga bermanfaat … Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Penulis : Ustadz Faisal Alhabsyi (Bidang Kurikulum dan Akademik Pesantren MAQI)

 

 

 

 

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.