Hadits

Etika Berdo’a Seorang Muslim (2)

Part 2

Berdo’a merupakan suatu pengharapan dari makhluk terhadap kholiqnya, dalam hal ini adalah Allah SWT selaku tuhan kita semua. Tentu kita tau bahwa do’a itu adalah kebutuhan rutin yang mesti kita lakukan, bukan hanya untuk sekedar mengingat Allah tapi lebih dari itu, ini juga merupakan suatu ibadah, sehingga siapa saja yang tidak mau lagi berdo’a kepada-Nya tentu Allah akan murka. Karena sejatinya tidak ada yang tidak membutuhkan orang lain, apalagi tuhannya. Karena memang manusia itu lemah yang akan terus membutuhkan bantuan. Oleh karena itu perlu etika atau adab agar dalam hal ini Allah SWT mau mengabulkan do’a-do’a kita. Karena banyak yang berdo’a hanya sebatas ucapan tanpa keyakinan, bahkan banyak orang yang berdo’a dengan bahasa arab tapi tidak faham akan do’anya tersebut, atau mungkin banyak orang yang berdo’a kepda dzat yang baik, suci akan tetapi mereka masih dalam keadaan kotor, dalam artian; apa yang mereka makan, minum, pakai adalah hasil dari suatu yang haram. Maka bagimana mungkin Allah akan mengabulknnya. Oleh karena itu penting bagi kita untuk mengetahui adab apa saja yang mesti dilakukan ketika berdo’a. Dan inilah diantaranya;

 

  1. Berdo’alah dengan suara pelan


عَنْ أَبِي مُوسَى قَالَ كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فِي غَزَاةٍ فَجَعَلْنَا لَا نَصْعَدُ شَرَفًا وَلَا نَعْلُو شَرَفًا وَلَا نَهْبِطُ فِي وَادٍ إِلَّا رَفَعْنَا أَصْوَاتَنَا بِالتَّكْبِيرِ قَالَ فَدَنَا مِنَّا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا إِنَّمَا تَدْعُونَ سَمِيعًا بَصِيرًا (رواه البخاري)

Dari Abu Musa menuturkan; kami pernah bersama Rasulullah ﷺ dalam suatu peperangan, kami tidak menaiki tanah mendaki atau tanah tinggi atau menuruni lembah selain kami meninggikan suara kami dengan takbir. Kata Abu Musa, kemudian Rasulullah ﷺ mendekati kami dan bersabda, “Hai manusia, rendahkanlah suara kalian ketika berdoa, sebab kalian tidak menyeru Dzat yang tuli lagi tidak ghaib, sesungguhnya kalian menyeru kepada Dzat yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (HR. Bukhari)

 

  1. Berdo’alah dengan penuh keyakinan bahwa Allah akan mengabulkannya


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالْإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لَاهٍ (رواه الترمذي)

Dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda, “Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. Tirmidzi)

 

  1. Berdo’alah pada saat susah maupun senang


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَسْتَجِيبَ اللَّهُ لَهُ عِنْدَ الشَّدَائِدِ وَالْكَرْبِ فَلْيُكْثِرْ الدُّعَاءَ فِي الرَّخَاءِ (رواه الترمذي)

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu ia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang senang Allah mengabulkan doanya ketika dalam keadaan sempit serta berduka maka hendaknya ia banyak berdoa ketika dalam keadaan lapang.” (HR. Tirmidzi)

 

  1. Jauhilah hal-hal yang haram agar do’a dikabulkan


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ { يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنْ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ } وَقَالَ { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ } ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ (رواه مسلم)

Dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu baik. Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya: ‘Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’ Dan Allah juga berfirman: ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah menceritakan kepada kami telah kami rezekikan kepadamu.'” Kemudian Nabi ﷺ menceritakan tentang seroang laki-laki yang telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdoa, “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan doanya?.” (HR. Muslim)

 

CATATAN:

Makna Dikabulkannya Do’a;

Pengertian dikabulkan do’a itu tidak berarti selamanya do’a itu dikabulkan sesuai permintaan kita, tetapi ada tiga kemungkinan;

Pertama, Do’a itu dikabulkan sesuai dengan permohonan kita.

Kedua, Do’a itu tidak dikabulkan tetapi dijadikan tabungan untuk bekal diakhirat kelak.

Ketiga, Do’a itu tidak dikabulkan tetapi dosa-dosa kita diampuni dengan sebab sering berdo’a kepada Allah.

Dengan demikian tidak akan rugi dengan sering berdo’a kepada Allah sekalipun menurut ukuran kita do’a kita tidak juga dikabulkan.

 

Sebab-sebab Tidak Dikabulkannya Do’a;

Jika kita merasa do’a kita tidak juga dikabulkan, maka jangan berprasangka buruk kepada Allah, mengingat ada beberapa kemungkinan;

  1. Do’a kita tidak dikabulkan karena tidak memenuhi persyaratan, sebagaimana seharusnya kita berdo’a kepada Allah.
  2. Tidak dikabulkan karena jika dikabulkan sesuai kehendak kita justru akan membuat kita celaka. Seperti halnya jika seseorang anak meminta motor kepada orang tuanya, sekalipun orang tua saking sayangnya dan punya uang tetapi tetap tidak mengabulkannya karena anaknya masih tinggal di Sekolah Dasar (SD) belum cukup umur untuk memiliki kendaraan bermotor.

Demikian juga orang yang berdo’a untuk memperoleh harta yang banyak, jabatan yang tinggi tetapi tidak juga Allah kabulkan, maka mungkin saja Allah tidak memberikannya karena khawatir kita akan bertambah celaka dengan mimiliki harta yang banyak atau jabatan tersebut.

Alhamdulillah pembahasan seputar etika dalam berdo’a telah selesai. Mudah-mudahan dari apa yang kita baca, apa yang kita fahami dapat sediktinya mengubah diri kita menjadi pribadi yang lebih beretika lagi. Terlebih lagi kepada Allah SWT.

Penulis : Ustadz Fairuuz Faatin (Bidang Perkantoran & Bendahara Pesantren MAQI

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.