Al-Quran

Etika Berinfaq Seorang Muslim (2)

Islam menganjurkan kepada umat Islam terlebih lagi bagi orang yang berkecukupan agar menyisihkan sebahagian harta anugrah Allah untuk kepentingan agama dan mencukupi kebutuhan saudara-saudaranya yang miskin, baik melalui zakat, infaq atau shadaqah.

Dalam berinfaq tidak cukup asal mengeluarkan harta, terdapat aturan-atuan agama dalam hal mengeluarkan harta supaya menjadi amal shaleh, bernilai ibadah dan akan mendapatkan balasan dari Allah. Berikut ini etika berinfaq yang harus diperhatikan oleh setiap muslim:

 

  1. Allah SWT pasti melipatgandakan shadaqah;

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ مَنْ تَصَدَّقَ بِعَدْلِ تَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ وَلَا يَقْبَلُ اللَّهُ إِلَّا الطَّيِّبَ وَإِنَّ اللَّهَ يَتَقَبَّلُهَا بِيَمِينِهِ ثُمَّ يُرَبِّيهَا لِصَاحِبِهِ كَمَا يُرَبِّي أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ حَتَّى تَكُونَ مِثْلَ الْجَبَلِ (رواه البخاري)

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu berkata,: Rasulullah ﷺ telah bersabda, “Barangsiapa yang bershadaqah dengan sebutir kurma hasil dari usahanya sendiri yang baik (halal), sedangkan Allah tidak menerima kecuali yang baik saja, maka sungguh Allah akan menerimanya dengan tangan kanan-Nya lalu mengasuhnya untuk pemiliknya sebagaimana jika seorang dari kalian mengasuh anak kudanya hingga membesar seperti gunung”. (HR. Bukhari)

عَنْ عَدِيِّ بْنِ حَاتِمٍ قَالَ ذَكَرَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ النَّارَ فَأَعْرَضَ وَأَشَاحَ ثُمَّ قَالَ اتَّقُوا النَّارَ ثُمَّ أَعْرَضَ وَأَشَاحَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ كَأَنَّمَا يَنْظُرُ إِلَيْهَا ثُمَّ قَالَ اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ (رواه مسلم)

Dari Adi bin Hatim ia berkata; Rasulullah ﷺ menyebutkan tentang neraka kemudian beliau berpaling. Setelah itu beliau bersabda, “Takutlah kalian terhadap neraka.” Kemudian beliau berpaling lagi dan memalingkan mukanya hingga kami menyangka bahwa beliau seakan-akan melihatnya, kemudian beliau bersabda, “Takutlah kalian terhadap api neraka meskipun hanya dengan setengah biji kurma. Dan jika ia tidak mendapatkan, maka hendaklah dengan kalimat yang baik.” (HR. Muslim)

 

  1. Shadaqah yang lebih besar pahalanya

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الصَّدَقَةِ أَعْظَمُ أَجْرًا قَالَ أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ تَخْشَى الْفَقْرَ وَتَأْمُلُ الْغِنَى وَلَا تُمْهِلُ حَتَّى إِذَا بَلَغَتْ الْحُلْقُومَ قُلْتَ لِفُلَانٍ كَذَا وَلِفُلَانٍ كَذَا وَقَدْ كَانَ لِفُلَانٍ (رواه البخاري)

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu berkata,: “Seorang laki-laki datang kepada Nabi ﷺ dan berkata,: “Wahai Rasulullah, shadaqah apakah yang paling besar pahalanya?”. Beliau menjawab, “Kamu bershadaqah ketika kamu dalam keadaan sehat dan kikir, takut menjadi faqir dan berangan-angan jadi orang kaya. Maka janganlah kamu menunda-nundanya hingga tiba ketika nyawamu berada di tenggorakanmu. Lalu kamu berkata, si fulan begini (punya ini) dan si fulan begini. Padahal harta itu milik si fulan”. (HR. Bukhari)

عَنْ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ…… وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا صَنَعَتْ يَمِينُهُ (رواه البخاري)

Dari Abu Hurairah dari Nabi ﷺ bersabda, “Ada tujuh golongan yang Allah melindungi mereka dalam lindungan-Nya pada hari kiamat, di hari ketika tiada perlindungan selain perlindungan-Nya, (diantaranya);…….serta seseorang yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi, sehingga tangan kirinya tidak tahu menahu terhadap amalan tangan kanannya.” (HR. Bukhari)

 

  1. Infaq dari satu keluarga pahalanya untuk seluruh penghuni keluarga

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ إِذَا أَنْفَقَتْ الْمَرْأَةُ مِنْ طَعَامِ بَيْتِهَا غَيْرَ مُفْسِدَةٍ كَانَ لَهَا أَجْرُهَا بِمَا أَنْفَقَتْ وَلِزَوْجِهَا أَجْرُهُ بِمَا كَسَبَ وَلِلْخَازِنِ مِثْلُ ذَلِكَ لَا يَنْقُصُ بَعْضُهُمْ أَجْرَ بَعْضٍ شَيْئًا (رواه البخاري)

Dari ‘Aisyah radhiallahu’anha berkata; Rasulullah ﷺ bersabda, “Jika seorang wanita bershadaqah dari makanan yang ada di rumah (suami) nya bukan bermaksud menimbulkan kerusakan maka baginya pahala atas apa yang diinfaqkan dan bagi suaminya pahala atas apa yang diusahakannya. Demikian juga bagi seorang penjaga harta/bendahara (akan mendapatkan pahala) dengan tidak dikurangi sedikitpun pahala masing-masing dari mereka”. (HR. Bukhari)

 

  1. Alternatif jika tidak mampu berinfaq

عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ عَنْ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ صَدَقَةٌ فَقَالُوا يَا نَبِيَّ اللَّهِ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ قَالَ يَعْمَلُ بِيَدِهِ فَيَنْفَعُ نَفْسَهُ وَيَتَصَدَّقُ قَالُوا فَإِنْ لَمْ يَجِدْ قَالَ يُعِينُ ذَا الْحَاجَةِ الْمَلْهُوفَ قَالُوا فَإِنْ لَمْ يَجِدْ قَالَ فَلْيَعْمَلْ بِالْمَعْرُوفِ وَلْيُمْسِكْ عَنْ الشَّرِّ فَإِنَّهَا لَهُ صَدَقَةٌ (رواه البخاري)

Dari Sa’id bin Abu Burdah dari bapaknya dari kakeknya dari Nabi ﷺ bersabda, “Wajib bagi setiap muslim bershadaqah”. Mereka (para sahabat) bertanya, “Wahai Nabi Allah, bagaimana kalau ada yang tidak sanggup?”. Beliau menjawab, “Dia bekerja dengan tangannya sehingga bermanfaat bagi dirinya lalu dia bershadaqah”. Mereka bertanya lagi, “Bagaimana kalau tidak sanggup juga?”. Beliau menjawab, “Dia membantu orang yang sangat memerlukan bantuan”. Mereka bertanya lagi, “Bagaimana kalau tidak sanggup juga?”. Beliau menjawab, “Hendaklah dia berbuat kebaikan (ma’ruf) dan menahan diri dari keburukan karena yang demikian itu berarti shodaqah baginya”. (HR. Bukhari)

 

  1. Pemberian terhadap istri atau suami juga dinilai shadaqah

قَالَتْ (امْرَأَةُ ابْنِ مَسْعُودٍ) يَا نَبِيَّ اللَّهِ إِنَّكَ أَمَرْتَ الْيَوْمَ بِالصَّدَقَةِ وَكَانَ عِنْدِي حُلِيٌّ لِي فَأَرَدْتُ أَنْ أَتَصَدَّقَ بِهِ فَزَعَمَ ابْنُ مَسْعُودٍ أَنَّهُ وَوَلَدَهُ أَحَقُّ مَنْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَلَيْهِمْ فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ صَدَقَ ابْنُ مَسْعُودٍ زَوْجُكِ وَوَلَدُكِ أَحَقُّ مَنْ تَصَدَّقْتِ بِهِ عَلَيْهِمْ (رواه البخاري)

Telah berkata Zainab (istri dari Ibnu Mas’ud),: “Wahai Nabi Allah, sungguh Anda hari ini sudah memerintahkan shadaqah (zakat) sedangkan aku memiliki emas yang aku berkendak menzakatkannya namun Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa dia dan anaknya lebih berhak terhadap apa yang akan aku sedekahkan ini dibandingkan mereka (mustahiq). Maka Nabi ﷺ bersabda, “Ibnu Mas’ud benar, suamimu dan anak-anakmu lebih berhak kamu berikan shadaqah daripada mereka”. (HR. Bukhari)

 

  1. Infaq terhadap istri pahalanya lebih besar daripada infaq kepada yang lainnya

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي رَقَبَةٍ وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِي أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ (رواه مسلم)

Dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda, “Dinar (harta) yang kamu belanjakan di jalan Allah dan dinar (harta) yang kamu berikan kepada seorang budak wanita, dan dinar yang kamu sedekahkan kepada orang miskin serta dinar yang kamu nafkahkan kepada keluargamu. Maka yang paling besar ganjaran pahalanya adalah yang kamu nafkahkan kepada keluargamu.” (HR. Muslim)

 

  1. Jangan menganggap remeh terhadap harta yang diinfakan

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ ﷺ يَقُولُ يَا نِسَاءَ الْمُسْلِمَاتِ لَا تَحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا وَلَوْ فِرْسِنَ شَاةٍ (رواه البخاري)

Dari Abu Hurairah dia berkata; Nabi ﷺ bersabda, “Wahai para wanita muslimah, janganlah antara tetangga yang satu dengan yang lainnya saling meremehkan walaupun hanya dengan memberi kaki kambing.” (HR. Bukhari)

 

  1. Do’a untuk orang yang bershadaqah

عَنْ أَبِي أَوْفَى قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ إِذَا أَتَاهُ قَوْمٌ بِصَدَقَتِهِمْ قَالَ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِمْ فَأَتَاهُ أَبِي أَبُو أَوْفَى بِصَدَقَتِهِ فَقَالَ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى آلِ أَبِي أَوْفَى (رواه مسلم)

Dari Abdullah bin Abu Aufa ia berkata; “Apabila seseorang mendatangi Rasulullah ﷺ dengan membawa sedekahnya, maka beliau mendoakan, “ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAIHIM (Ya Allah, bershalawatlah atas mereka).” Kemudian bapakku Abu Aufa mendatangi beliau (dengan membawa sedekah), maka beliau pun mendoakan, “ALLAHUMMA SHALLII ‘ALA `AALI ABII AUFA (Ya Allah berilah rahmat kepada keluarga Abu Aufa).” (HR. Muslim)

 

  1. Balaslah orang yang berbuat baik kepada kita

عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ مَنْ سَأَلَكُمْ بِاللَّهِ فَأَعْطُوهُ وَمَنْ اسْتَعَاذَكُمْ بِاللَّهِ فَأَعِيذُوهُ وَمَنْ أَتَى إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُوهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَعْلَمُوا أَنَّكُمْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ وَمَنْ اسْتَجَارَكُمْ فَأَجِيرُوهُ (رواه أحمد)

Dari Ibnu Umar, Nabi ﷺ bersabda, “Barangsiapa meminta kalian atas nama Allah, berilah dia. Barangsiapa meminta pertolongan kepada kalian atas nama Allah, berilah pertolongan. Barangsiapa datang kepada kalian dengan membawa kebaikan, balaslah kebaikannya, dan jika kalian tidak mendapatkan sesuatu untuk membalasnya, doakan baginya sampai kalian merasa telah membalasnya. Dan barangsiapa meminta perlindungan kepada kalian, berilah perlindungan baginya.” (HR. Ahmad)

Alhamdulillah pembahasan seputar etika berinfaq telah selesai. Mudah-mudahan dapat bermanfa’at bagi pembacanya!!

Penulis : Ustadz Fairuuz Faatin (Bidang Perkantoran & Bendahara Pesantren MAQI

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Advertisment ad adsense adlogger