Ulumul Quran

Hidayah

Hidayah

Apa sebenarnya ma’na dari hidayaha ? apakah hidayah yang kita fahami itu sudah lurus dan benar ?

Dan apakah kita telah mengamalkannya dengan tepat ?

Pertanyaan ini sengaja kami munculkan, agar kita tidak gegabah dalam mendefinisikan satu istilah. Dan agar kita sadar betapa pentingnya memahami sebuah istilah sebelum menggunakannya.

Kita ambil satu contoh, Kata “fitnah” Orang awam sering menggunakan kata ini dengan definisi (menuduh orang lain melakukan sebuah kejelekan, padahal orang yang dituduh tidak melakukannya)

Dan orang yang dituduh biasa mendatangkan dalil ”wal fitnatu asyaddu minal qotl”, dengan arti (fitnah lebih kejam daripada membunuh).

Sedang makna fitnah dalam ayat ini adalah sebuah ujian (pembunuhan).

Itu diantara pehamaman satu kata yang salah, dan mengakibatkan penarikan kesimpulan yang salah, dan patal. Sekarang kita Kembali kepada bahasan kita tentang hidayah. Maka, sebelum masuk pada bahasan ayat tentang hidayah, sudah seharusnya kita datangkan terlebih dahulu definisi hidayah, baik lughowiy ataupun istilaahiy.

Dari apa yang kami temukan dalam kamus al-munaawir karya Ahmad warson munawwir, juga dalam mu’jam al-wasith, bahwa kata hidayah senantiasa dimaknai dengan irsyaad (petunjuk) juga bayaan (penjelasan).

Dan secara istilah adalah suluku al-thoriq alladzii yuushilu al-insaan ilaa al-ghooyah (jalan yang ditempuh yang mengantarkan seseorang pada tujuannya).

Kemudian mari kita tinjau bagaimana penggunaan kata hidayah dalam al-quran, lalu kita perhatikan, mana kata hidayah dalam ayat yang harus dimaknai secara kebahasaan, dan mana yang harus dimaknai secara istilah.

Namun kita datangan terlebih dahulu satu kaidah tafsir tentang huruf jar, yang akan menambah dalam, analisis kebahasan dari kata hidayah ini.

Dalam buku kaidah tafsir karya M. Quraish Shihab dikatakan

“kata (hadaa) dengan berbagai macam bentuknya bila disusul dengan ilaa maka ia berarti  memberi informasi atau petunuk. Bila tanpa ilaa maka ia mengandung makna mengantar ke tempatyang dituju.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman Al-Qaṣaṣ [28]:56:

اِنَّكَ لَا تَهْدِيْ مَنْ اَحْبَبْتَ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚوَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ

Sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad) tidak (akan dapat) memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki (berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk). Dia paling tahu tentang orang-orang yang (mau) menerima petunjuk.

Maka, karena dalam ayat ini, Alloh tidak mengikutkan kata ilaa setelah tahdii, itu menunjukan bahwa hidayah disini adalah penerimaan hidayah itu sendiri dalam dada.

Maka Rosul pun tidak bisa menjadikan manusia menerima peunjuk tersebut.

Kemudian kita tinjau ayat yang setelah kata hidayah terdapat kata ilaa

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman Asy-Syūrā [42]:52:

وَكَذٰلِكَ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ رُوْحًا مِّنْ اَمْرِنَا ۗمَا كُنْتَ تَدْرِيْ مَا الْكِتٰبُ وَلَا الْاِيْمَانُ وَلٰكِنْ جَعَلْنٰهُ نُوْرًا نَّهْدِيْ بِهٖ مَنْ نَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِنَا ۗوَاِنَّكَ لَتَهْدِيْٓ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍۙ

Demikianlah Kami mewahyukan kepadamu (Nabi Muhammad) rūh (Al-Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Kitab (Al-Qur’an) dan apakah iman itu, tetapi Kami menjadikannya (Al-Qur’an) cahaya yang dengannya Kami memberi petunjuk siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Sesungguhnya engkau benar-benar membimbing (manusia) ke jalan yang lurus,

Pada kata wa innaka latahdi ilaa shirotin mustaqiim (Sesungguhnya engkau benar-benar membimbing (manusia) ke jalan yang lurus,

Pada ayat ini, Alloh mengikutkan kata ilaa setelah hidayah, maka maksud dari ayat ini adalah bahwa Rosul adalah orang yang mengajak manusia untuk mentaati Alloh.

Maka dapat kita simpulkan bahwa, Rosul mampu menjadi pemberi hidayah dalam artiaan mengajak dan menunjukan. Adapun untuk memberi hidayah dalam arti manusia menerima dan melapangkan dada untuk menerima, maka beliau tidak mampu. Yang bisa hanya Alloh.

wallohu a’lam bish-showab.

Penulis: Ustadz Nur Falah (Staff Pengajar Pesantren MAQI)

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.