Hadits

Kemudahan Dalam Beragama

Kemudahan Dalam Beragama

Ketika Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan Alquran kepada Rasululllah sallallahu ‘alaihi wa sallama dan para sahabatnya sehingga mereka mengamalkannya, munculah orang-orang musyrik dari kaum Quraisy yang berkata “tidaklah Alquran diturunkan kepada Muhammad melainkan agar dia menjadi susah”. Namun perkataan kaum Quraisy tersebut dibantah langsung oleh Allah subhanahu wa ta’ala, sebagaimana yang tercantum dalam surat Thaha ayat ke 2

مَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْاٰنَ لِتَشْقٰٓى

“Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu (Nabi Muhammad) supaya engkau menjadi susah”. [Thaha ayat 2]

Allah subhanahu wa ta’ala membuktikan ayat tersebut dengan ayat dalam surat al-Baqarah yaitu ketika disyari’atkannya shaum kepada orang-orang yang beriman, Allah subhanahu wa ta’ala memberikan dispensasi bagi mereka yang sedang dalam perjalanan atau dalam keadaan sakit boleh untuk tidak shaum dan digantikan di lain hari;

وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗيُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ

“Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran”. [al-Baqarah ayat 185]

Terdapat banyak sekali atsar yang shahih dan bersumber dari Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallama tentang kemudahan dalam beragama yang Allah subahanahu wa ta’ala inginkan dan bukan sebaliknya. Satu di antaranya adalah riwayat Wahb bin Abdullah, dia berkata :

آخَى النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – بَيْنَ سَلْمَانَ وَأَبِى الدَّرْدَاءِ. فَزَارَ سَلْمَانُ أَبَا الدَّرْدَاءِ فَرَأَى أُمَّ الدَّرْدَاءِ مُتَبَذِّلَةً فَقَالَ لَهَا مَا شَأْنُكِ قَالَتْ أَخُوكَ أَبُو الدَّرْدَاءِ لَيْسَ لَهُ حَاجَةٌ فِى الدُّنْيَا. فَجَاءَ أَبُو الدَّرْدَاءِ فَصَنَعَ لَهُ طَعَامًا فَقَالَ كُلْ فَإِنِّى صَائِمٌ. قَالَ مَا أَنَا بِآكِلٍ حَتَّى تَأْكُلَ. فَأَكَلَ، فَلَمَّا كَانَ اللَّيْلُ ذَهَبَ أَبُو الدَّرْدَاءِ يَقُومُ فَقَالَ نَمْ. فَنَامَ، ثُمَّ ذَهَبَ يَقُومُ فَقَالَ نَمْ. فَلَمَّا كَانَ آخِرُ اللَّيْلِ قَالَ سَلْمَانُ قُمِ الآنَ. قَالَ فَصَلَّيَا فَقَالَ لَهُ سَلْمَانُ إِنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، فَأَعْطِ كُلَّ ذِى حَقٍّ حَقَّهُ. فَأَتَى النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ. فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – صَدَقَ سَلْمَانُ

Nabi Saw mempersaudarakan Salman dengan Abu Darda. Ketika Salman berkunjung ke rumahnya, ia melihat istrinya Umm Darda berpakaian lusuh. “Mengapa demikian, ada apa dengan kamu”, tanya Salman ke sang istri. “Ini saudara kamu itu, Abu Darda, sama sekali tidak tertarik dengan kenikmatan dunia. Abu Darda memasak dan membawa hidangan ke Salman: “Makanlah, saya berpuasa”. “Saya tidak akan makan kecuali kalau kamu makan”, kata Salman. Akhirnya Abu Darda juga makan. Ketika masuk malam, Salman berkata pada Abu Darda: “Tidurlah”. Ketika tengah malam Abu Darda bangun. “Tidurlah”, kata Salman mengulang. Ketika malam menjelang pagi, “Sekarang bangunlah”, kata Salman. Mereka berdua shalat, dan Salman bertutur: “Bahwa Tuhanmu punya hak atas kamu, tubuhmu juga punya hak atas kamu, istrimu juga punya hak atas kamu, maka penuhilah sesuai haknya masing-masing”. Ketika Abu Darda bertandang ke Nabi Saw dan menceritakan kejadian itu, Nabi Saw berkata: “Benarlah yang dikatakan Salman itu” [Bukhari].

Penulis : Ustadz Wildan Risalat (Mudir Pesantren MAQI)

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Hubungi Kami
Admin Pesantren MAQI
Assalamu'alaikum
Adakah yang bisa kami bantu?
Advertisment ad adsense adlogger