Hadits

Bahaya Marah dan Larangannya dalam Islam

Marah adalah sifat manusiawi, namun jika tidak dikendalikan, ia dapat merusak hubungan antarmanusia dan menghancurkan amal ibadah. Rasulullah ﷺ memberikan wasiat singkat namun sangat padat makna kepada umatnya agar senantiasa menahan amarah demi kebaikan dunia dan akhirat.


Hadits Tentang Larangan Marah

Berikut adalah teks hadits  yang diriwayatkan oleh Sahabat Abu Hurairah رضي الله عنه mengenai wasiat Rasulullah ﷺ untuk tidak marah:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِيِّ ﷺ أَوْصِنِي قَالَ لاَ تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَاراً، قَالَ لاَ تَغْضَبْ

Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi ﷺ: Berilah aku wasiat. Beliau ﷺ bersabda: Janganlah engkau marah. Maka orang itu mengulangi permintaannya berulang kali, namun beliau ﷺ tetap bersabda: Janganlah engkau marah. (HR. Bukhari No. 6116)


Penjelasan Wasiat Nabi ﷺ

Wasiat Nabi ﷺ yang berbunyi لاَ تَغْضَبْ (Janganlah engkau marah) memiliki dua makna mendalam bagi kita:

  1. Latihan Mengendalikan Diri: Kita diminta untuk melatih jiwa agar memiliki sifat sabar dan santun, sehingga tidak mudah terpancing emosi saat menghadapi situasi yang tidak menyenangkan.

  2. Menahan Tindakan Saat Marah: Jika rasa marah itu muncul secara alami, kita dilarang untuk menuruti dorongan amarah tersebut, baik dalam bentuk ucapan kasar maupun tindakan fisik yang melampaui batas.

Allah ﷻ memuji hamba-hamba-Nya yang mampu menahan amarah dalam Al-Quran:

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

(yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS. Ali ‘Imran: 134)

Kekuatan yang Sebenarnya

Masyarakat sering menganggap bahwa orang yang kuat adalah orang yang menang dalam perkelahian. Namun, Rasulullah ﷺ meluruskan pandangan tersebut dalam hadits lain:

لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ

Bukanlah orang yang kuat itu yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat adalah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah. (HR. Bukhari No. 6114 dan Muslim No. 2609, dari Sahabat Abu Hurairah رضي الله عنه)

Cara Mengatasi Amarah Menurut Sunnah

Jika Anda merasa sulit mengendalikan emosi, Islam memberikan panduan praktis untuk meredakannya:

  • Membaca Ta’awudz: Meminta perlindungan kepada Allah ﷻ dari godaan setan yang menyulut amarah.

  • Diam: Menghindari berbicara saat emosi memuncak agar tidak mengeluarkan kata-kata yang disesali.

  • Berwudhu: Sebagaimana api dipadamkan dengan air, amarah yang panas dapat diredakan dengan kesegaran wudhu.

  • Merubah Posisi: Jika marah saat berdiri maka duduklah, dan jika masih marah maka berbaringlah.

Semoga Allah ﷻ menghiasi hati kita dengan sifat sabar dan menjauhkan kita dari sifat marah yang tercela.

Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc

Facebook Comments

Pesantren MAQI

Lembaga Bahasa Arab dan Studi Islam

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Advertisment ad adsense adlogger