Al-Quran

Mencapai Derajat “al-Birro”

Alloh berfirman dalam surat ali ‘imron ayat 92,


لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ

Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Apa pun yang kamu infakkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui tentangnya.

Dan jika kita tinjau tafsir al-muyassar kementrian agama saudi arabia, bahwa kata “al-birro” itu ditafsirkan dengan makna syurga. Maka kita tidak akan mendapatkan syrurga kecuali dengan menyedekahkan atau menginfakkan apa yang kita cintai.

Sementara itu, dalam tafsir ” zubdatu tafsir min fathil qodir”, kata “al-birro” dimaknai dengan derajat orang yang memiliki kebenaran iman.

Dan ini sangat cocok dengan tafsir yang tadi. Antara kebenaran keimanan dengan syurga.

Karena syurga hanya didapati oleh orang-orang yang keimanannnya benar, dan benarnya iman seseorang, ditandai dengan ketaatan, dan menginfakkan harta yanag sangan kita cinta adalah salah satu pembuktian benarnya iman yang ada dalam hati kita.

Kalau kita tinjau ayat ini dari dimensi kebahasaan, maka, akan kita dapati makna yang lebih mendalam.

 


لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ ۗ

Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai.

Huruf “lan” diawal ayat, adalah huruf nafyin wastiqbaalin, yaitu huruf yang meniadakan dan cakupan masanya, mencakup masa yang akan datang.

Maka, terjemah dari “lan tanaalul birro” adalah selama-lamanya kalin tidak akan pernah mendapatkan syurga,

Sampai kapanpun kita tidak akan mendapatkan syurga.

Lantas, apa solusinya ?

Jawabannya kita dapati pada lanjutan ayat,


حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ

sampai kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai.

Dan bagaimana jika kita tidak diberi kilebihan harta, namun kita diberi kelebihan “kekuatan”,

Maka, kekuatan yang kita gunakan dalam ketaatan, adalah bukti keimanan yang benar, yang akan mengantarkan kita kepada “al-birro” yaitu syurga.

Apakah benar untuk menginffakkan hal yang kita cintai itu susah ?

Memang tidsk mudah. Diperlukan kesabaran, karena hadiahnya pun bukan hadiah sembarangan.

Kesabaran itu ada tiga. Sabar dalam mendapat musibah, kedua; sabar dalam ketaatan, dan ketiga; sabar dalam menjauhi maksiat.

Maka dalam menghadapi musibah, menjauhi maksiat, dan dalam ketaatan, semuanya memerlukan kesabaran.

Termasuk dalam mengeluarkan harta yang kita sangat cintai. Namun disanalah bentuk perjuangannya. Maka Alloh tidak akan menyianyiakan perjuangannya.

Dan setiap kita akan diberi balasan kebaikan dari setiap amal kita, kecil maupun besar.

Sabahat mulia bernama Ali bin Abi Thalib dipuji oleh Alloh dalam surat Al-Baqoroh ayat 274, karena menginfakkan empat dinar yang ia miliki dalam empat waktu.

Begitu pula Abu bakar yang menginfaakan seluruh hartanya tanpa tersisa apapun dalam perjuangan fii sabiilillah, ketika beliau ditannya tentang yang ia tinggalkan untuk keluarganya, maka Beliau menjaawab ” Alloh dan rosulnya”.

Penulis: Ustadz Nur Falah (Staff Pengajar Pesantren MAQI)

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.