Al-Quran

Materi Akhlak dan Tasawuf dalam pendidikan Islam

Akhlak diniyah (agama) mencakup berbagai aspek, dinilai dari akhlak terhadap Allah hingga kepada sesama makhluk. Karena kewajiban manusia di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah SWT, manusia harus berakhlak dengan baik terhadap lingkungan sekitarnya, disamping itu juga mempunyai kewajiban yang lain yaitu kewajiban kepada diri sendiri dan kepada sesama manusia.

Untuk dapat tercapai apa yang telah menjadi tujuan dari akhlak dan tasawuf maka penting untuk memberikan bahan yang tepat dalam proses pembelajaran. Menurut penulis materi yang relevan untuk mencapai tujuan tersebut yaitu:

  1. Syukur

Syukur artinya merasa senang dan berterima kasih karena memperoleh nikmat dari-Nya, kemudian menambah semangat untuk beribadah kepada-Nya. Hatinya bertambah iman dan semakin banyak berdzikir kepada Allah. Secara global syukur adalah menggunakan nikmat yang diberikan kepadanya secara proporsional. Siapa yang meletakkan nikmat sesuai dengan situasi dan kondisinya, maka ia tergolong orang yang bijaksana. Baik secara ilmiah maupun alamiyah, meletakkan sesuatu secara porsinya adalah hikmah itu sendiri.

Dengan peserta didik memiliki sifat bersyukur terhadap ketentuan Allah, dimana hatinya tetap senang menerima apapun ketentuan dari Allah atas dirinya, sehingga bisa disimpulkan bahwa syukur merupakan kondisi kejiwaan atau sikap mental yang senantiasa menerima dengan lapang dada atas segala karunia yang diberikan atas cobaan yang ditujukan kepadanya dengan senantiasa merasa senang dalam situasi apapun. Sikap mental semacam ini adalah merupakan maqom tertinggi yang dicapai oleh seorang sufi.

Karena manusia hidup di dunia ini adalah tempatnya menghadapi cobaan. Cobaan bisa berupa apa saja, bisa berupa musibah maupun nikmat. Jika manusia mau bersyukur maka Allah akan senantiasa menambah nikmat tersebut.

Dengan demikian syukur adalah qanaah yang berarti memuji Allah dan berterimakasih kepada-Nya lantaran nikmat yang begitu banyak dan merasa cukup atas segala pemberian-Nya.

  1. Sabar

Dengan potensi akalnya manusia diberi kemampuan untuk membedakan antara kebaikan dan kejahatan, serta dengan nafsu (nafs) nya mempunyai kecenderungan untuk memenuhi segala keinginannya. Agar manusia senantiasa menempatkan akal sebagai dorongan yang mendominasi kehendak dan perilakunya, maka diperlukan kesabaran (shabr). Dengan kata lain, kesabaran adalah kesadaran bagi orang-orang yang menghendaki kebaikan.

Sabar dalam kenyataannya ada empat yaitu: pertama sabar dalam menahan diri dari segala perbuatan jahat dan dari menuruti dorongan hawa nafsu yang angkara murka, menghindarkan diri dari segala perbuatan yang mungkin dapat menjerumuskan diri kedalam jurang kehinaan dan merugikan nama baik.

Kedua sabar dalam menjalankan suatu kewajiban, yaitu jangan sampai merasa berat atau bosan dalam menjalankan ibadah, karena suatu ibadah itu membutuhkan suatu kesabaran.

Ketiga sabar dalam membela kebenaran, melindungi kemaslahatan, menjaga nama baik bagi dirinya sendiri, keluarga dan bangsa. Keempat sabar dalam kehidupan dunia, yaitu sabar terhadap tipu daya dunia tidak terpaut dalam kenikmatan hidup di dunia dan tidak menjadikan kehidupan dunia sebagai tujuan tetapi hanya sebagai alat untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan yang kekal di akhirat nanti.

Dengan demikian sabar adalah tegaknya dorongan agama berhadapan dengan hawa nafsu, maksudnya adalah sesuatu kekuatan, daya positif yang mendorong jiwa untuk menunaikan kewajiban. Disamping sebagai sesuatu kekuatan yang menghalangi seseorang untuk melakukan kejahatan.

  1. Wara’

Wara’ merupakan salah satu dari sifat terpuji (akhlak al-karimah). Yang sangat penting yang harus dimiliki oleh peserta didik. Ali bin Muhammad al-Jurjani dalam definisinya tentang wara’ mengatakan, “wara’ adalah menjauhi hal-hal yang syubhat (samar) karena takut terjerumus ke dalam hal-hal yang telah diharamkan.

  1. Zuhud

Menjadi zahid bukanlah dengan uzlah dan melarikan diri dari kehidupan masyarakat, tetapi seorang zahid dituntut untuk dapat berbuat sesuatu yang bernilai positif bagi masyarakat dan berakhlak mulia. Kualitas seorang zahid terletak pada sejauh mana mengaktualisasikan sifat-sifat ketajallihan dalam kehidupan sehari-hari. Sikap seorang zahid bertujuan pada tercapainya kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Amin syukur kurang setuju apabila sikap seorang sufi yang meninggalkan dunia secara totalitas atau mengasingkan diri terhadap kehidupan dunia, bersikap acuh tak acuh terhadap problematika kehidupan masyarakat, padahal fungsi manusia sebagai khalifah fi al-ardhi yang terjun langsung didalam menghadapi realitas kehidupan dunia untuk membangun masyarakat yang berkepribadian mulia.

Pemahaman tentang zuhud seperti yang dipraktikkan oleh Rosulullah SAW dan sahabatnya. Praktik zuhud pada waktu itu bukan pengasingan diri dan lari terhadap keduniaan, akan tetapi mempunyai pengertian aktif menggeluti kehidupan dunia dalam rangka menuju kehidupan akhirat. Dapat dilihat dari kehidupan Rasulullah dan para sahabatnya tidak memisahkan secara total antara kehidupan dunia dan akhirat; akan tetapi satu sama lain mempunyai hubungan.

Keaktifan kehidupan Rosulullah dan para sahabat dapat dilihat dari aktivitasnya di dunia. Disamping sebagai kepala rumah tangga beliau juga aktif di lapangan keagamaan, sosial, politik, ekonomi, perang, dan sebagainya. Hal ini sejalan dengan rumusan al- Qur’an tentang zuhud.

  1. Hidup sederhana

Dalam zaman modern ini sering kali gaya hidup manusia dipenuhi dengan hawa nafsu. Saling berlomba- lomba dan menyombongkan diri demi meningkatkan derajat sosial dimata orang lain. Oleh karena itu maka penting bagi peserta didik diajarkan sejak dini tentang penting hidup sederhana dan tidak berlebih-lebihan. Hal yang seperti itu bukan gaya hidup yang diajarkan dalam Islam.

Banyak hal yang dapat lakukan jika manusia dapat mengontrol sifat manusiawinya. Banyak perbuatan yang disepelekan kemudian berangkat dari hal-hal yang sepele tersebut mendatangkan kerugian yang besar. Hidup dengan kesederhanaan meninggalkan sesuatu yang masih samar akan menghindarkan manusia dari keburukan, dan mengantarkan kepada keselamatan.

Penulis: Paisal Ahmad Akbar (Web Administrator)

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.