Al-Quran

Hukum Nun dan Mim Bertasydid

Ilmu Tajwid

Kitab Goyatul Murid

 

  1. Hukum Nun & Mim Bertasydid

Huruf yang bertasydid pada mulanya merupakan  gabungan dari 2 huruf; huruf pertama sukun dan yang keua berharokat, maka huruf yang sukun tadi dimasukan kepada huruf yang berharokat yang kemudian menjadi satu huruf dan huruf yang kedua ditasydidkan.

Nun dan  Mim yang bertasydid adakalanya terletak di tengah kata atau diujung, dan bisa juga terletak pada isim, fi’il ataupun huruf.

Contoh:

Huruf Bertasydid Di tengah Di ujung
النون وَيُمَنِّيْهِمْ إِنَّ
الميم  أُمَّتُكُمْ ثُمَّ

 

Maka apabila terjadi Nun dan Mim bertasydid wajib menjelaskan bacaan dengan menggunahkan keduanya ketika mengucapkannya.

 

Pengertian gunnah:

Secara bahasa: Gunnah merupakan suara yang memiliki bunyi yang berasal dari hidung

Secara Istilah: Gunnah merupakan suara yang enak yang tergabung dalam huruf Nun dan Mim sedangkan lidah tidak memiliki peran didalamnya.

Dikatakan bahwasanya bunyi gunnah itu seperti suara rusa betina yang kehilangan anaknya.

Makhroj gunnah atau tempat mengeluarkan suara gunnah adalah dari khoisyum (dalam hidung) dan panjangnya adalah 2 harokat.

Bagaimana cara mengucapkan Gunnah: Gunnah itu merupakan suara yang memiliki tabia’at atau kebiasaan huruf setelahnya, jika huruf setelahnya huruf Isti’la (tebal) maka gunnahnya juga menjadi tebal begitupula sebaliknya.

Urutan gunnah yang masyhur ada 5:

  1. Idghom Kamil/yang paling sempurna tasydidnya
  2. Idghom Naqish/yang kurang tasydidnya
  3. Ikhfa termasuk didalamnya iqlab
  4. Sukun yang jelas seperti idzhar halqi
  5. Bergerak/Bergetar (pada khoisum)

 

  1. Huku Lam Sukun

Lam Sukun terbagi kepada 5 bagian:

  1. Lam Ta’rif atau Alif lam
  2. Lam Fi’il
  3. Lam Huruf
  4. Lam Isim
  5. Lam ‘Amr

Catatan:

Namun yang akan dibahas hanyalah lam ta’rif.

 

Hukum lam Ta’rif

Di aitu merupakan huruf sukun yang ditambahkan pada awal isim, hukumnya idzhar ketika bertemu huruf-huruf qomariyyah dan idghom ketika betemu huruf-huruf syamsiyah.

Contoh:

اَلْأَرْضُ, اَلَّذِيْنَ, اَلَّتِي, اَلْآنَ

Pembagian Lam Ta’rif:

  1. Keadaan Idzhar

Dalam keadaan idzhar (ال) ini dinamakan “Alif Lam Qomariyyah” dan dikhususkan huruf-hurufnya kepada 14 huruf hijaiyyah yang terkumpul pada perkataan Syekh Al-Jamzuri, yaitu (اِبْغِ حَجَّكَ وَخَفْ عَقِيْمَهْ) Maka apabila terletak huruf-huruf tersebut setelah (ال) maka wajib mengidzharkannya, atau dinamakan juga “Idzhar Qomariyyah” dan cirinya adalah nampaknya sukun diatas lam.

Dan alasan mengidzharkan nya adalah karena huruf-huruf lam qomariyyah berjauhan dengan makhroj huruf lam.

Contoh:

الهمزة                            : الْإِيْمَانُ
الباء                              : الْبَصِيْرُ
الغين                             : الْغَفُوْرُ

 

 

  1. Kedaan Idghom

Dinamakan (ال) pada keadann ini dengan “Alif Lam Syamsiyyah” dan dikhususkan huruf-hurufnya kepada 14 huruf hijaiyyah yang tersisa (dari Alif Lam Qomariyyah) Dan pengarang kitab “Tuhfah” telah merangkainya dalam permulaan ba’itnya:

طِبْ ثُمَّ صِلْ رُحْمًا تَفُزْ ضِفْ ذَا نِعَمْ        دَعْ سُوْءَ ظَنَّ زُرْ شَرِيْفًا لِلْكَرَمْ

Tho, Tsa, Shad, Ro. Ta. Dhod, Dzal, Nun, Dal, Sin, Dzo, Zai, Syin dan Lam

Maka apabila terletak huruf-huruf tersebut setelah (ال) maka wajib mengidzghamkan nya, atau dinamakan juga “Idzgham Syamsiyyah” dan cirinya adalah kosongnya lam dari sukun dan diletakan tasydid pada huruf yang setelahnya.

Dan alasan mengidzghamkan nya adalah karena huruf-huruf lam syamsiyyah serupa dan berdektan dengan makhroj huruf lam.

Contoh:

الطاء                      : الطَّيِّبَاتُ
الثاء                             : الثَّمَرَاتُ
الصاد                             : الصَّلَوَاتُ

 

Penulis : Ustadz Fairuuz Faatin (Bidang Perkantoran & Bendahara Pesantren MAQI)

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.