Al-Quran

Bersyukur Menjauhkan Diri dari Kufur

Bersyukur Menjauhkan Diri dari Kufur

Bersyukur merupakan salah satu akhlak mulia yang sangat dianjurkan dalam ajaran Islam. Syukur bukan sekadar ucapan terima kasih kepada Allah, tetapi juga mencakup pengakuan dalam hati, lisan, dan perbuatan atas segala nikmat yang diberikan-Nya. Sebaliknya, kufur nikmat adalah sikap ingkar terhadap karunia Allah yang dapat menjauhkan seseorang dari rahmat dan hidayah-Nya. Oleh karena itu, bersyukur menjadi benteng kokoh bagi seorang Muslim agar terhindar dari sikap kufur.

Allah SWT menjelaskan pentingnya bersyukur dalam banyak ayat Al-Qur’an. Salah satunya terdapat dalam Surah Ibrahim ayat 7:

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ ۝٧

(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.”

Ayat ini menjelaskan bahwa syukur membawa kepada tambahan nikmat, sedangkan kufur mendatangkan azab. Ini menunjukkan bahwa bersyukur tidak hanya menjaga nikmat yang telah ada, tetapi juga menjadi sebab datangnya nikmat baru dari Allah. Sebaliknya, kufur menyebabkan hilangnya nikmat dan mendatangkan murka Allah.

Selain itu, dalam Surah Luqman ayat 12, Allah berfirman:

وَلَقَدْ اٰتَيْنَا لُقْمٰنَ الْحِكْمَةَ اَنِ اشْكُرْ لِلّٰهِۗ وَمَنْ يَّشْكُرْ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ ۝١٢

Sungguh, Kami benar-benar telah memberikan hikmah kepada Luqman, yaitu, “Bersyukurlah kepada Allah! Siapa yang bersyukur, sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri. Siapa yang kufur (tidak bersyukur), sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.”

Ayat ini menegaskan bahwa manfaat syukur kembali kepada pelakunya. Allah tidak membutuhkan syukur manusia, tetapi manusia sendirilah yang mendapatkan kebaikan dari rasa syukur tersebut. Ini menunjukkan bahwa bersyukur adalah bentuk kesadaran akan ketergantungan manusia kepada Tuhannya.

Bersyukur juga melatih hati untuk menerima dan menghargai apa yang dimiliki. Seseorang yang bersyukur akan selalu merasa cukup dan tidak mudah mengeluh. Sebaliknya, kufur nikmat melahirkan keluh kesah, iri hati, dan bahkan menyalahkan takdir. Inilah yang secara perlahan dapat mengikis keimanan dan mendekatkan seseorang kepada kekufuran.

Rasulullah SAW juga mencontohkan dalam kehidupan beliau untuk selalu bersyukur, bahkan ketika berada dalam keadaan sulit. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa beliau shalat malam hingga kakinya bengkak, dan ketika ditanya mengapa beliau melakukannya padahal dosa beliau telah diampuni, Rasul menjawab:

Tidakkah aku menjadi hamba yang bersyukur?”

(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan betapa pentingnya syukur sebagai bentuk penghambaan kepada Allah. Bahkan Nabi pun menjadikan syukur sebagai bagian inti dari ibadah.

Penulis : Syahidan Mukri (Staff Pengurus Pesantren MAQI)

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Advertisment ad adsense adlogger