Al-Quran

Adab Terhadap Al-Qur’an (1)

Al-Qur’an adalah kalamullah, dan merupakan kitab suci umat Islam. Didalamnya terdapat petunjuk, nasihat, obat penawar hati, penenang dan penentram jiwa. Umat Islam berkewajiban untuk menghormati al-Qur’an, membiasakan diri membacanya serta dituntut untuk mengetahui isi dan kandungan al-Qur’an sekaligus mengamalkan petunjuknya yang pasti membawa keselamatan dunia dan akhirat.

Untuk itu terdapat beberapa adab yang mesti diperhatikan dalam berinteraksi dengan al-Qur’an. Diantaranya;

 

  1. Hormatilah al-Qur’an dengan kesuciannya dan keasliannya

إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ﴿77﴾ فِي كِتَابٍ مَكْنُون﴿78﴾ لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ﴿79﴾  تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ﴿80﴾  

Sesungguhnya ia adalah Al-Quran yang mulia.  Di dalam kitab yang terpelihara. Tidak menyentuhnya selain hamba yang suci. wahyu yang turun dari Tuhan semesta alam” (QS. al-Waqi’ah 77-80)

كَلَّا إِنَّهَا تَذْكِرَةٌ﴿11﴾ فَمَنْ شَاءَ ذَكَرَهُ﴿12﴾ فِي صُحُفٍ مُكَرَّمَةٍ﴿13﴾ مَرْفُوعَةٍ مُطَهَّرَةٍ﴿14﴾  بِأَيْدِي سَفَرَةٍ﴿15﴾ كِرَامٍ بَرَرَةٍ﴿16﴾

Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan, maka barang siapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya, di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yang ditinggikan lagi disucikan, di tangan para penulis (malaikat), yang mulia lagi berbakti. (QS. ‘Abasa: 11-16)

  1. Perintah untuk mendengarkan dan meperhatikan al-Qur’an jika dibacakan

وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ ﴿204﴾

Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. (QS. al-‘Araf: 204)

فَمَا لَهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَۙ ﴿20﴾ وَاِذَا قُرِئَ عَلَيْهِمُ الْقُرْاٰنُ لَا يَسْجُدُوْنَ ۗ ۩  ﴿21﴾

Maka mengapa mereka tidak mau beriman?.Dan apabila Al-Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka tidak (mau) bersujud, (QS. al-Insyiqoq: 20-21)

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ ﴿2﴾

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (QS. al-Anfal: 2)

 

  1. Hendaklah melakukan sujud tilawah apabila membaca ayat sajdah


……اِذَا تُتْلٰى عَلَيْهِمْ اٰيٰتُ الرَّحْمٰنِ خَرُّوْا سُجَّدًا وَّبُكِيًّا ۩ ﴿58﴾

Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pengasih kepada mereka, maka mereka tunduk sujud dan menangis (QS. Maryam: 58)

 

  1. Bacalah al-Qur’an dengan tartil


اَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْاٰنَ تَرْتِيْلًاۗ ﴿4﴾

Atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan. (QS. al-Muzzammil: 4)

 

  1. Bacalah al-Qur’an dan tadabburi isinya


اَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْاٰنَ اَمْ عَلٰى قُلُوْبٍ اَقْفَالُهَا ﴿42﴾

Maka tidakkah mereka menghayati Al-Qur’an ataukah hati mereka sudah terkunci? (QS. Muhammad: 24)

 

Hadits-Hadits:

 

  1. Sebaik-baik manusia adalah yang belajar al-Qur’an lalu mengajarkannya


عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ (رواه البخاري)

Dari Utsman radhiallahu’anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, “Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)

 

  1. Perumpamaan orang yang membaca al-Qur’an


عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالْأُتْرُجَّةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَرِيحُهَا طَيِّبٌ وَمَثَلُ الَّذِي لَا يَقْرَأُ كَالتَّمْرَةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلَا رِيحَ لَهَا وَمَثَلُ الْفَاجِرِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ وَمَثَلُ الْفَاجِرِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ طَعْمُهَا مُرٌّ وَلَا رِيحَ لَهَا (رواه البخاري)

Dari Abu Musa radhiallahu’anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, “Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur’an seperti utrujah, rasanya enak dan baunya wangi, dan perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti kurma, rasanya enak namun tidak berbau, dan perumpaman orang durhaka yang membaca Al-Qur’an seperti buah raihana, baunya wangi namun rasanya pahit, dan perumpamaan orang durhaka yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah hanzhalah, rasanya pahit dan tidak berbau.” (HR. Bukhari)

 

  1. Janganlah melupakan al-Qur’an


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ ﷺ بِئْسَ مَا لِأَحَدِهِمْ أَنْ يَقُولَ نَسِيتُ آيَةَ كَيْتَ وَكَيْتَ بَلْ نُسِّيَ وَاسْتَذْكِرُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ أَشَدُّ تَفَصِّيًا مِنْ صُدُورِ الرِّجَالِ مِنْ النَّعَمِ (رواه البخاري)

Dari Abdullah ia berkata, Nabi ﷺ bersabda, “Janganlah seseorang mengatakan, ‘Aku lupa ayat ini dan ini.’ Akan tetapi katakanlah “Aku telah dilupakan.” Selalu ulangi-ulangilah bacaan Al-Qur’an, sebab ia begitu cepat perginya dari dada seseorang daripada hilangnya Unta.” (HR. Bukhari)

 

  1. Bacalah al-Qur’an dengan suara yang bagus


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ مَا أَذِنَ اللَّهُ لِشَيْءٍ مَا أَذِنَ لِنَبِيٍّ حَسَنِ الصَّوْتِ يَتَغَنَّى بِالْقُرْآنِ يَجْهَرُ بِهِ (رواه مسلم)

Dari Abu Hurairah bahwa mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “Allah tidak menaruh perhatian terhadap sesuatu, seperti perhatian-Nya terhadap Nabi ketika melagukan Al-Qur’an dengan suara yang indah dan nyaring.” (HR. Muslim)

 

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ (رواه مسلم)

Dari ‘Aisyah ia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda, “Orang mukmin yang mahir membaca Al-Qur’an, maka kedudukannya di akhirat ditemani oleh para malaikat yang mulia. Dan orang yang membaca Al-Qur’an dengan gagap, ia sulit dalam membacanya, maka ia mendapat dua pahala.” (HR. Muslim)

Inilah diantara etika seorang muslim terhadap al-Qur’an. Mudah-mudahan dapat bermanfa’at bagi pembacanya. Nantikan artikel part 2 nya di pekan depan.

Penulis : Ustadz Fairuuz Faatin (Bidang Perkantoran & Bendahara Pesantren MAQI

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.