AL-HADITS AL-ARBA`IN AN-NAWAWIYAH
AL-HADITS AL-ARBA`IN AN-NAWAWIYAH
- SETIAP AMALAN TERGANTUNG PADA NIATNYA
Dari Amirul mukminin Abu Hafsh Umar Bin Khaththab ra, ia berkata : aku mendengar Rasulullah saw, bersabda :
إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ
Artinya : “ Sesungguhnya sahnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barang siapa berhijrah karena Allah dan RasulNya, maka hijrahnya akan diterima sebagai hijrah karena Allah dan RasulNya, dan barang siapa berhijrah karena dunia yang hendak ia cari atau wanita yang hendak ia nikahi, maka hijrahnya akan mendapatkan apa yang ia tuju”. ( H.R Bukhari dan Muslim ).
“الأعمَال” Artinya “amalan-amalan manusia yang akan dimintai pertanggung jawabannya “, “بالنِّيَّاتِ “ Artinya “`Azimatul qalbi, ketetapan hati ( tujuan ) “. Dari penggalan hadits di atas kita bisa mengetahui bahwa tidak ada sebuah amalan manusia yang diterima ataupun ditolak oleh Allah swt melainkan sebelumnya harus ada niat yang kita ucapkan, contoh amalan yang diterima adalah amal shaleh seorang hamba dan ia berniat hanya karena Allah semata, sedangkan amalan yang ditolak adalah berupa amalan orang kafir, amal buruk, kemaksiatan, ataupun amal shaleh tetapi dengan niat bukan karena Allah. Adapun tempat kita berniat adalah di dalam hati. Dengan niat yang baik, amalan kecil bisa menjadi besar disisi Allah swt seperti orang yang mengamalkan senyum kepada saudaranya tetapi ia niatkan karena Allah dan ingin mengamalkan hadits Rasulullah saw, tetapi dengan niat juga apabila seseorang berniat dengan niat yang buruk, maka amalan sebesar apapun bisa menjadi kecil disisi Allah swt seperti halnya orang yang berjihad akan tetapi niatnya bukan karena Allah niatnya karena ingin dipuji, ingin disebut pahlawan atau niat duniawi yang lainnya misalkan.
Dalam hadits tentang niat ini,”-Rasulullah saw memberi perumpamaan dengan orang yang berhijrah. Hijrah dalam syariat, adalah pindah dari negeri kafir ke negeri islam. Hijrah itu wajib bagi setiap mukmin yang tidak mampu memperlihatkan agamanya di neger kafir, maka islamnya tidak sempurna kecuali dengan hijrah. Seperti hijrahnya kaum Muslimin dari Makkah ke Habasyah, atau dari Makkah ke Madinah. “Berhijrah kepada Allah dan RasulNya”, adalah seperti seorang laki-laki yang hijrah dari Makkah sebelum Fathu Makkah ke Madinah, dia menginginkan pahala dari Allah, ingin menghadap WajahNya dan ingin menolong agamanya. Dan dia menginginkan Rasulullah saw, agar bisa membela beliau, menolong agama beliau, mengamalkan sunnah beliau, membelanya dan mengajak kepadanya, maka inilah yang dinamakan hijrah karena Allah dan RasulNya, Dan hijrahnya akan diterima dan dibalas dengan pahala yang lebih besar dari Allah swt. Setelah Rasulullah saw wafat maka tidak akan ada lagi orang yang bisa hijrah kepada beliau atau ke pribadi beliau, karena beliau sudah dimakamkan, tetapi kalau hijrah ke sunnah dan syariat beliau, maka ini termasuk perkara yang dianjurkan, seperti pergi atau pindah ke sebuah negeri untuk membela syariat Rasulullah dan mendukungnya-”.
Adapun contoh dari “hijrah karena dunia yang hendak ia cari”, adalah seperti seseorang berhijrah dari suatu negeri ke negeri lain karena dia mengetahui bahwa di negeri yang dia ingin hijrah kepadanya ada perdagangan yang menguntungkan, dan dia pergi ke sana untuk mendapatkan keuntungan, maka dia berhijrah karena dunia yang ingin diraihnya, dan dia tidak mendapatkan kecuali apa yang diinginkannya. Dan akhir dari pembahasan hadits di atas adalah tentang contoh orang yang “berhijrah karena wanita yang hendak ia nikahi”, adalah seperti seseorang berhijrah dari negerinya ke negeri yang lain karena wanita yang ingin ia nikahi berkata kepadanya bahwa “ jika kamu ingin menikahiku maka kamu harus dating ke negeriku ” dan dia pun termotivasi oleh perkataannya sehingga dia berhijrah dengan niat ingin mendapatkan wanita yang hendak dia nikahi, dan tidak ada sesuatu apapun yang ia dapatkan kecuali apa yang ia tuju.
Dan ada beberapa faidah dari hadits yang disampaikan oleh Rasulullah saw kepada kita ini yaitu sebagai berikut :
1). Hadits ini adalah salah satu hadits yang menjadi poros islam, dan para ulama juga berkata bahwa poros islam itu ada pada dua hadits, yaitu hadits ini dan hadits yang diriwayatkan dari Sayyidah `Aisyah ra, yaitu “ Barangsiapa melakukan satu amalan yang tidak berdasarkan perintah dari kami, maka ia tertolak ”. ( H.R Muslim ).
Hadits ( tentang niat ) ini adalah pijakan amal-amal hati, ia adalah timbangan amal batin, sedangkan hadits `Aisyah ra adalah pijakan amal-amal tubuh.
2). Di antara faidah hadits ini, adalah setiap muslim wajib membedakan antara sebagian amal ibadah dengan sebagian yang lain, dan membedakan antara ibadah dan muamalah, sebagaiman sabda Rasulullah saw, “ Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya “. Sehingga dengan ini setiap amalan pasti ada niatnya, seseorang yang beramal shaleh dengan niat yang baik maka akan diterima, dan seseorang yang beramal jelek atau niatnya yang jelek maka akan ditolak oleh Allah swt.
3). Di antara faidah hadits ini, adalah dorongan kepada ikhlas karena Allah swt, karena Rasulullah saw membagi manusia menjadi dua kelompok :
Pertama, beramal dengan menginginkan wajah Allah dan kehidupan akhirat
.Kedua, adalah kebalikan yang pertama.
4). Di antara faidah hadits ini, Rasulullah saw menyandingkan diri beliau dengan Allah swt dengan huruf wawu (dan ), dimana beliau bersabda “ إلى اللهِ ورَسُولِهِ “, “ kepada Allah dan RasulNya “. Karena kalau urusannya terkait syariat, maka diungkapkan dengan huruf wawu , karena syariat yang datang dari Rasulullah saw sama dengan apa yang dating dari Allah swt.
5). Di antara faidah hadits ini, adalah bahwa hijrah termasuk amal shalih, yang tujuannya harus murni karena Allah dan RasulNya dan setiap amal yang tujuannya Allah dan RasulNya maka ia termasuk kedalam amal shalih, dan ia akan diterima dan dibalas dengan pahala oleh Allah swt.
Penulis:Ustadz Syahidan Almuqri (Staff Pengajar Pesantren MAQI)