Tafakur dalam Pandangan Ulama
Allah azza wajalla adalah pencipta semua makhluk baik malaikat, manusia, jin, iblis, hewan-hewan, tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya. Sebagai manusia yang diberikan akal oleh Allah, hendaknya kita merenungkan segala ciptaan Alloh. Tentunya dalam penciptaan ini terkandung hikmah yang sangat besar dan tidak ada yang sia-sia. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 191
ٱلَّذِينَ يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمٗا وَقُعُودٗا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمۡ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ هَٰذَا بَٰطِلٗا سُبۡحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
Artinya: “ (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa nerak(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”.
Di dalam kitab Tafsir Al-Quran Al-Adzim, Ibnu katsir menjelaskan bahwa mereka memahami semua hikmah yang terkandung di dalamnya yang menunjukkan kepada kebesaran Penciptanya, kekuasaan- Nya, pengetahuan- Nya, hikmah- Nya, pilihan- Nya, dan rahmat- Nya. Ini menunjukan bahwa segala ciptaan Allah mengandung sumber hikmah didalamnya.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ia pernah mengatakan, Dua rakaat yang lamanya pertengahan dengan bertafakkur adalah lebih baik daripada berdiri salat sepanjang malam, sedangkan hatinya lupa.
Di dalam Kitab Kasyifatu As-saja syeikh Nawawi Al-Batani menyebutkan bahwa para ulama membagi kajian tafakur menjadi lima macam yaitu:
- Tafakur pada tanda-tanda kebesaran Allah
Maknanya merenungkan kekuasaan Allah ta’ala dalam ciptaan-Nya, seperti penciptaan langit dan bumi, siang dan malam, matahari, bulan, bintang, gunung bahkan penciptaan manusia itu sendiri sebagaimana firman-Nya dalam surah Adz-dzariyat ayat 20-21
وَفِي ٱلۡأَرۡضِ ءَايَٰتٞ لِّلۡمُوقِنِينَ وَفِيٓ أَنفُسِكُمۡۚ أَفَلَا تُبۡصِرُونَ
” Dan dibumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yaqin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan? “
Atau di dalam surah Al-Ghasiyah ayat 17-20
أَفَلَا يَنظُرُونَ إِلَى ٱلۡإِبِلِ كَيۡفَ خُلِقَتۡ وَإِلَى ٱلسَّمَآءِ كَيۡفَ رُفِعَتۡ وَإِلَى ٱلۡجِبَالِ كَيۡفَ نُصِبَتۡ وَإِلَى ٱلۡأَرۡضِ كَيۡفَ سُطِحَتۡ
“Maka tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana diciptakan? dan langit, bagaimana ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ditegakkan? Dan bumi bagaimana dihamparkan?”.
Dan masih banyak lagi ayat lainnya yang mengungkapkan tanda-tanda kebesaran Allah. Ketika seorang hamba bertafakkur akan kebesaran dan kekuasaan Allah maka dengannya akan menambah keyakinan dan ma’rifat kepada Allah.
- Tafakur pada Nikmat-Nikmat Allah
Allah memberikan banyak nikmat kepada kita yang jika kita berusaha untuk menghitungnya maka kita tak akan mampu menghitungnya. Sebagaimana firman-Nya dalam surah
وَإِن تَعُدُّواْ نِعۡمَةَ ٱللَّهِ لَا تُحۡصُوهَآۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَغَفُورٞ رَّحِيمٞ
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Mari kita perhatikan salah satu contohnya Allah menciptakan lubang hidung kita menghadap ke bawah. Coba bayangkan jika lubang hidung kita menghadap ke atas tentu ketika hujan turun kita akan berusaha menutupi lubang hidung kita agar tidak kemasukan air. Maka kita tidak akan bisa mengingkari nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita Sebagaimana firman-Nya dalam surah Ar-Rahman yang diulang-ulang sebanyak 31 kali dalam Al-Quran
فَبِأَيِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan”
Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar, pertanyaan fabiayyi ala irobbikuma tukadziban adalah inti surat Ar Rahman. Pertanyaan yang sangat tepat untuk membuat manusia berpikir betapa besar dan betapa banyaknya nikmat-nikmat Allah. Maka untuk itu, sehendaknya kita mensyukuri segala nikmat yang Allah berikan kepada kita. Ketika seorang hamba bertafakkur pada Nikmat-nikmat Allah maka ia akan bertambah rasa kecintaan kepada Allah.
- Tafakur pada balasan pahala atau janji-janji Allah
Allah menjanjikan kenikmatan-kenikmatan surga diperuntukan bagi orang yang bertakwa. Sebagaimana firman-Nya dalam surah At-tur ayat 17
اِنَّ الْمُتَّقِيْنَ فِيْ جَنّٰتٍ وَّنَعِيْمٍۙ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan”. Atau dalam surah An-Naba Ayat 31-35
إِنَّ لِلۡمُتَّقِينَ مَفَازًا حَدَآئِقَ وَأَعۡنَٰبٗا وَكَوَاعِبَ أَتۡرَابٗا وَكَأۡسٗا دِهَاقٗا لَّا يَسۡمَعُونَ فِيهَا لَغۡوٗا وَلَا كِذَّٰبٗا
“Sungguh, orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan, (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur, dan gadis-gadis montok yang sebaya, dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman), Di sana mereka tidak mendengar percakapan yang sia-sia maupun (perkataan) dusta”.
Juga janji Allah bagi orang yang bertakwa yaitu diberikan jalan keluar dalam setiap persoalan dan diberikan rejeki yang tak terduga. Firman Allah dalam surah Ath-Thalaq: 2-3
….”َمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُۥ مَخۡرَجٗا وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُۚ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُۥٓۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمۡرِهِۦۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَيۡءٖ قَدۡرٗا
“….Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu”.
Beruntunglah orang yang yakin akan janji-Nya karena ketika seorang hamba mentafakuri balasan pahala dari-Nya, maka akan melahirkan semangat beribadah dan menambah kekuatan untuk selalu ta’at kepada Allah.
- Tafakur pada ancaman, peringatan dan siksaan dari Allah
Mentafakuri atau merenungi ancaman Alloh kepada musuh-musuhNya di neraka kelak. Berupa siksaan yang pedih, kerugian, penyesalan, kehinaan, bencana, dan malapetaka. Diantara gambaran siksaan neraka terdapat dalam surah QS. An-Nisa’ Ayat 56
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ بَِٔايَٰتِنَا سَوۡفَ نُصۡلِيهِمۡ نَارٗا كُلَّمَا نَضِجَتۡ جُلُودُهُم بَدَّلۡنَٰهُمۡ جُلُودًا غَيۡرَهَا لِيَذُوقُواْ ٱلۡعَذَابَۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَزِيزًا حَكِيمٗا
“Sungguh, orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti dengan kulit yang lain, agar mereka merasakan azab. Sungguh, Allah Maha-perkasa, Mahabijaksana”.
Juga firmanNya dalam surah Al-Hajj: 19-20
….”فَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ قُطِّعَتۡ لَهُمۡ ثِيَابٞ مِّن نَّارٖ يُصَبُّ مِن فَوۡقِ رُءُوسِهِمُ ٱلۡحَمِيمُ يُصۡهَرُ بِهِۦ مَا فِي بُطُونِهِمۡ وَٱلۡجُلُودُ
“….Orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka. Dengan air itu, dihancurkan segala apa yang ada dalam perut mereka dan juga kulit mereka.”
Sangat mengerikan ancaman bagi orang-orang yang ingkar terhadapNya. Berusalah untuk selalu beramal soleh dan mengingat ancaman Allah ini sehingga muncul perasaan takut kepadaNya.
- Tafakur pada kekurangan berbuat ta’at kepada Allah
Diantara kebaikan Allah terhadap hambaNya adalah menutupi berbagai macam kemaksiyatan yang telah dilakukan oleh hambaNya. Allah menyayangi hambaNya dan menyambutnya ketika ia bertaubat akan dosa-dosanya. Lihatlah pada kekurangan diri kita dalam menjalankan perintahNya, melanggar laranganNya dan lalai dari mengingatNya. Bertafakur akan hal ini dapat melahirkan rasa malu kita kepada Allah.
Penulis : Paisal Ahmad Akbar (Web Administrator)