Rindu kepada Rasulullah ٍSaw: Tanda Cinta Sejati Seorang Muslim
Rindu kepada Rasulullah ٍSaw: Tanda Cinta Sejati Seorang Muslim
Rindu adalah perasaan yang lahir dari cinta. Rasa ini tidak hanya terbatas pada hubungan antar manusia, tetapi juga dapat muncul dalam hubungan seorang hamba dengan Nabi yang paling mulia, Muhammad Saw. Rindu kepada Rasulullah Saw adalah salah satu bentuk kecintaan yang tinggi dari seorang Muslim kepada Nabi yang telah membawa cahaya Islam ke seluruh penjuru dunia. Kecintaan ini bukan sekadar emosi, tetapi juga bagian dari iman.
Kecintaan kepada Rasulullah Saw adalah Perintah Agama Islam mengajarkan bahwa mencintai Nabi Muhammad Saw adalah bagian dari keimanan yang tak tergantikan. Dalam sebuah hadits shahih, Rasulullah Saw bersabda:
لايؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من والده وولده والناس أجمعين
“Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian hingga aku lebih ia cintai daripada dirinya sendiri, orang tuanya, anak-anaknya, dan seluruh manusia.”(HR. Bukhari, no. 15 dan Muslim, no. 44)
Hadits ini menunjukkan bahwa cinta kepada Rasulullah Saw bukanlah pilihan, melainkan kewajiban. Maka rindu kepada beliau adalah ekspresi nyata dari cinta tersebut. Seorang Muslim yang mencintai Rasulullah Saw pasti akan merindukan sosoknya, ajarannya, senyumnya, perjuangannya, bahkan ingin hidup di zamannya.
- Rindu yang Menggerakkan Amal
Rasa rindu kepada Nabi Saw bukanlah perasaan pasif. Rindu itu mendorong seorang Muslim untuk mengikuti sunnah beliau, meneladani akhlaknya, dan menyebarkan risalahnya. Sebagaimana dalam Al-Qur’an:
قَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ ٢١
Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.
Ayat ini mengajarkan bahwa kerinduan sejati kepada Rasulullah Saw harus diwujudkan dalam bentuk mengikuti contoh hidupnya. Seorang pecinta sejati akan meniru yang dicintainya. Maka, rindu kepada Rasulullah Saw menjadi kekuatan spiritual yang membentuk karakter seorang Muslim agar sesuai dengan ajaran Nabi.
- Kerinduan yang Dibalas oleh Rasulullah Saw
Menakjubkannya, Rasulullah Saw pun merindukan umatnya yang belum pernah ia temui. Dalam sebuah hadits, beliau bersabda:
“Aku rindu kepada saudara-saudaraku.” Para sahabat berkata: “Bukankah kami ini saudara-saudaramu, ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Kalian adalah sahabat-sahabatku. Saudara-saudaraku adalah mereka yang datang setelahku dan beriman kepadaku, padahal mereka tidak pernah melihatku .”(HR. Ahmad dan Ibnu Hibban)
Hadits ini menyejukkan hati setiap Muslim. Bagaimana tidak? Seorang Nabi yang agung, yang telah wafat lebih dari seribu tahun lalu, ternyata merindukan kita. Maka kerinduan kepada Rasulullah Saw bukan cinta satu arah. Ia adalah cinta timbal balik yang melintasi zaman.
- Menumbuhkan Rindu kepada Rasulullah Saw
Agar hati semakin rindu kepada Rasulullah Saw, ada beberapa amalan yang dapat dilakukan:
-
- Mempelajari sirah (biografi) Rasulullah Saw, agar kita mengenal beliau lebih dekat.
- Bershalawat atas beliau, sebagaimana diperintahkan dalam Al-Qur’an:
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا ٥٦
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzab: 56)
-
-
- Mengamalkan sunnah-sunnah beliau, baik dalam ibadah, akhlak, maupun kehidupan sehari-hari.
-
Rindu kepada Rasulullah Saw adalah bukti cinta, dan cinta kepada beliau adalah bagian dari iman. Kerinduan ini tak hanya memenuhi ruang hati, tetapi juga menghidupkan semangat untuk meneladani beliau dalam setiap aspek kehidupan. Dalam dunia yang semakin asing terhadap nilai-nilai kebenaran, merindukan Rasulullah Saw adalah pase yang menenangkan jiwa dan menguatkan langkah. Semoga kita termasuk dalam golongan yang kelak dipertemukan dengannya di telaga al-Kautsar. Aamiin.
Penulis : Syahidan Mukri (Staff Pengurus Pesantren MAQI)