Tazkiyah An-Nafs

Tazkiyah An-Nafs (Pensucian Diri)

 

Pendahuluan

بسم الله الرحمن الرحيم. الحمد لله رب العالمين. وصل اللهم على نبينا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين اللهم لا علم لنا الا ما علمتنا انك انت العليم الحكيم. اللهم لا سهل الا ما جعلته سهلا وانت تجعل الحزن اذا شئت سهلا

Manusia dalam menjalani hidupnya membutuhkan terhadap kesucian jiwa. Seseorang yang jiwanya bersih cenderung bahagia walaupun dalam pandangan dunia ia terlihat sederhana bahkan dipandang hina, baik karena tak punya jabatan yang tinggi, tak punya rumah megah, kendaran mewah ataupun harta yang berlimpah. Kendati demikian didapati dirinya penuh dengan ketenangan, santun, santai dan sakinah dalam kehidupannya. Berbeda halnya dengan orang yang dipandang mulia tadi dalam dunianya ternyata seringkali berkeluh kesah baik karena hubungan keluarganya, istrinya, pekerjaannya, hartanya dan masalah-masalah lainnya. Oleh karena itu pembahasan mengenai tazkiyah an-nafs harus dilakukan untuk mengetahui sebab kotor dan sucinya jiwa yang berkaitan erat dengan bahagia dan tidaknya seseorang.

Ada lima pembahasan dalam Tazkiyah an-Nafs diantaranya sebagai berikut:

  1. Makna Tazkiyah An-Nafs
  2. Urgensi Tazkiyah An-Nafs
  3. Sarana Tazkiyah An-Nafs
  4. Perbuatan-perbuatan Hati, Urgensinya dan Perhatian Syariat terhadapnya
  5. Penyakit-penyakit Hati

Lafadz Tazkiyah تزكية terdapat dalam Al-Quran baik dengan dibarengi kata nafs ataupun hanya dengan bentuk mufrad.

Allah bersumpah dengan 11 perkara yang besar dalam surat Asy-Syam ayat 1-7 kemudian setelah itu menyebutkan urgensi tazkiyah an-Nafs. Adapun 11 sumpah tersebut sebagai berikut:

وَالشَّمْسِ وَضُحٰىهَاۖ

  • Demi matahari
  • dan sinarnya pada waktu duha (ketika matahari naik sepenggalah),

 

وَالْقَمَرِ اِذَا تَلٰىهَاۖ

  • demi bulan saat mengiringinya,

وَالنَّهَارِ اِذَا جَلّٰىهَاۖ

  • demi siang saat menampakkannya,

وَالَّيْلِ اِذَا يَغْشٰىهَاۖ

  • demi malam saat menutupinya (gelap gulita),

 

وَالسَّمَاۤءِ وَمَا بَنٰىهَاۖ

  • demi langit
  • serta pembuatannya,

 

وَالْاَرْضِ وَمَا طَحٰىهَاۖ

  • demi bumi
  • serta penghamparannya,

وَنَفْسٍ وَّمَا سَوّٰىهَاۖ

  • dan demi jiwa
  • serta penyempurnaan (ciptaan)-nya,

فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰىهَاۖ

lalu Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,

قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَاۖ

sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu)

وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسّٰىهَاۗ

dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.[1]

Berdasarkan ayat diatas dapat dipahami keberuntungan dan kerugian seseorang tergantung bersih dan kotor jiwanya. Keberuntungan bagi yang berusaha untuk senantiasa mensucikan jiwanya, menempuh jalan-jalannya dan bersungguh-sungguh dalam meraihnya. Sedangkan kerugian merupakan balasan bagi orang yang tidak memberi perhatian terhadap kesucian jiwanya bahkan ia cenderung  mengotorinya.

Penulis:

Ustadz Paisal Ahmad Akbar (Pengajar Pesantren MAQI)

Sumber:

Disarikan dari Muhadharah Syaikh Ahmad Sayyid

[1] Lajnah Pentashihan mushaf Al-Qur’an, Surat Asy-Syam https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/91?from=1&to=15 diakses 13 Mei 2024

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.