Shalat sebagai Cahaya
Teks Hadits
عَنْ أَبِي مَالِكٍ الْأَشْعَرِيِّ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: «الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلَأُ الْمِيزَانَ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلَآنِ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ، وَالصَّلَاةُ نُورٌ، وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ، وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ، وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ» (رواه مسلم)
Dari Abu Malik Al-Asy’ari رضي الله عنه ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: “Bersuci adalah separuh dari iman. Alhamdulillah memenuhi timbangan, dan Subhanallah serta Alhamdulillah memenuhi ruang antara langit dan bumi. Shalat adalah cahaya, sedekah adalah bukti, kesabaran adalah sinar, dan Al-Qur’an adalah hujjah bagimu atau atasmu.” (HR. Muslim)
Pendahuluan
Shalat memiliki kedudukan yang sangat agung dalam Islam. Ia bukan hanya kewajiban, tetapi juga sumber cahaya bagi hati, kehidupan, dan perjalanan seorang mukmin menuju akhirat. Rasulullah ﷺ menggambarkan shalat sebagai nūr (cahaya), karena shalat menerangi hati dari kegelapan dosa dan memberikan arah yang benar dalam kehidupan.
Shalat Sebagai Cahaya di Dunia
Cahaya shalat bukan hanya dalam arti fisik, tetapi spiritual. Ia menerangi hati yang gelap oleh dosa dan kelalaian. Orang yang menjaga shalatnya dengan ikhlas akan merasakan ketenangan, kelapangan dada, serta bimbingan dalam setiap langkah hidupnya.
Allah ﷻ berfirman:
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ (العنكبوت: 45)
“Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (Al-‘Ankabut: 45)
Ayat ini menunjukkan bahwa shalat yang dilakukan dengan benar akan menjadi cahaya yang menuntun seorang Muslim menjauhi kemaksiatan.
Shalat Sebagai Cahaya di Alam Kubur dan Akhirat
Cahaya shalat tidak berhenti di dunia. Pada hari kiamat, shalat akan menjadi cahaya bagi orang beriman dalam melewati shirath. Orang yang menjaga shalatnya akan diberi cahaya yang menerangi jalannya menuju surga.
Allah ﷻ berfirman:
يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ بُشْرَاكُمُ الْيَوْمَ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ (الحديد: 12)
“Pada hari ketika engkau melihat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, cahaya mereka bersinar di depan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada mereka): ‘Kabar gembira bagi kalian hari ini dengan surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.’” (Al-Hadid: 12)
Inilah bukti bahwa cahaya shalat di dunia akan menjadi cahaya abadi di akhirat bagi mereka yang senantiasa menjaga hubungan dengan Allah ﷻ.
Shalat Menjadi Cahaya Bagi Hati
Shalat yang khusyuk akan memperbaiki hati dan akhlak. Ia menjadi terapi ruhani yang membersihkan jiwa dari sifat sombong, iri, dan gelisah. Setiap kali seorang Muslim menegakkan shalat, ia memperbaharui jalinan cinta dan penghambaan kepada Rabb-nya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
جُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ (رواه النسائي)
“Dijadikan penyejuk mataku dalam shalat.” (HR. An-Nasa’i)
Ucapan ini menunjukkan betapa dalamnya kebahagiaan dan ketenangan yang dirasakan Rasulullah ﷺ saat berhubungan dengan Allah melalui shalat.
Penutup
Shalat adalah cahaya yang menerangi kehidupan seorang Muslim, baik di dunia, di alam kubur, maupun di akhirat. Ia membersihkan hati dari dosa, menguatkan iman, serta menjadi penuntun menuju ridha Allah ﷻ. Maka jagalah shalat dengan penuh khusyuk dan istiqamah agar cahaya itu tidak pernah padam dalam hidup kita.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|

