Fiqih

Istinja’, Istijmar, dan Adab Buang Hajat

Pengertian Istinja’ dan Istijmar

Istinja’ adalah membersihkan kotoran (najis) yang keluar dari qubul atau dubur dengan air setelah buang hajat.
Sedangkan istijmar adalah membersihkan najis dengan benda padat yang suci seperti batu, tisu, atau benda sejenis yang dapat menghilangkan najis, tanpa menggunakan air.

Kedua cara ini sama-sama disyariatkan dalam Islam untuk menjaga kebersihan dan kesucian seorang muslim.

Rasulullah ﷺ bersabda dari sahabat Abu Hurairah رضي الله عنه:

اسْتَنْزِهُوا مِنَ الْبَوْلِ فَإِنَّ عَامَّةَ عَذَابِ الْقَبْرِ مِنْهُ

“Bersihkanlah diri kalian dari kencing, karena kebanyakan azab kubur disebabkan olehnya.” (HR. Ad-Daraquthni no. 475, dishahihkan Al-Albani)

Hadits ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga kebersihan dan berhati-hati dalam bersuci setelah buang hajat.

Dalil Disyariatkannya Istinja’ dan Istijmar

Islam mengajarkan umatnya untuk selalu menjaga kebersihan. Allah ﷻ berfirman:

فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَنْ يَتَطَهَّرُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ

“Di dalamnya ada orang-orang yang suka membersihkan diri, dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (At-Taubah: 108)

Selain itu, Rasulullah ﷺ memberikan bimbingan dalam cara bersuci setelah buang hajat agar tetap sesuai adab dan syariat.

Hukum Istinja’ dan Istijmar

Hukum istinja’ atau istijmar adalah wajib, ketika najis keluar dari dua jalan (qubul atau dubur). Seorang muslim tidak boleh shalat sebelum membersihkannya.

Namun jika tidak ada najis yang keluar (seperti buang angin), maka tidak wajib melakukan istinja’ atau istijmar.

Cara Melakukan Istinja’

  1. Menggunakan air suci lagi menyucikan (air mutlak).

  2. Membersihkan bagian yang terkena najis hingga hilang warna, bau, dan rasanya.

  3. Tidak berlebihan dalam menggunakan air.

Rasulullah ﷺ bersabda dari sahabat Aisyah رضي الله عنها:

كُنَّا إِذَا أَصَابَ أَحَدَنَا بَوْلٌ غَسَلَتْهُ وَقَدْ كُنَّ النِّسَاءُ يُغْسِلْنَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ الثَّوْبَ مِنَ الْبَوْلِ فَيُصَلِّي فِيهِ

“Kami (para wanita) apabila terkena kencing, kami mencucinya, dan dahulu para wanita mencuci pakaian Rasulullah ﷺ dari bekas kencing, kemudian beliau shalat dengan pakaian itu.” (HR. Al-Bukhari no. 229 dan Muslim no. 291)

Cara Melakukan Istijmar

  1. Menggunakan benda padat yang suci seperti batu, tisu, atau daun kering yang tidak dihormati.

  2. Minimal tiga kali usapan atau lebih hingga bersih.

  3. Tidak boleh menggunakan benda yang najis atau sesuatu yang mengandung kehormatan seperti tulang dan kotoran hewan.

Rasulullah ﷺ bersabda dari sahabat Salman Al-Farisi رضي الله عنه:

نَهَانَا أَنْ نَسْتَنْجِيَ بِالرَّوْثِ أَوِ الْعَظْمِ

“Beliau melarang kami bersuci dengan kotoran hewan atau tulang.” (HR. Muslim no. 262)

Dan dalam riwayat lain dari sahabat Abu Hurairah رضي الله عنه disebutkan:

إِذَا تَنَزَّهَ أَحَدُكُمْ فَلَا يَسْتَنْجِي بِأَقَلَّ مِنْ ثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ

“Jika salah seorang di antara kalian bersuci setelah buang hajat, janganlah ia bersuci dengan kurang dari tiga batu.” (HR. Muslim no. 263)

Adab Buang Hajat

Islam mengatur adab ketika seseorang hendak buang hajat agar menjaga kebersihan, kehormatan, dan adab terhadap Allah ﷻ.

1. Membaca Doa Sebelum Masuk Kamar Mandi

Rasulullah ﷺ bersabda dari sahabat Anas bin Malik رضي الله عنه:

كَانَ النَّبِيُّ ﷺ إِذَا دَخَلَ الْخَلَاءَ قَالَ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ

“Apabila Nabi ﷺ masuk ke tempat buang hajat, beliau berdoa: ‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki dan setan perempuan.’” (HR. Al-Bukhari no. 142 dan Muslim no. 375)

2. Tidak Menghadap atau Membelakangi Kiblat

Rasulullah ﷺ bersabda dari sahabat Abu Ayyub Al-Anshari رضي الله عنه:

إِذَا أَتَيْتُمُ الْغَائِطَ فَلَا تَسْتَقْبِلُوا الْقِبْلَةَ وَلَا تَسْتَدْبِرُوهَا وَلَكِنْ شَرِّقُوا أَوْ غَرِّبُوا

“Apabila kalian datang ke tempat buang hajat, janganlah menghadap kiblat atau membelakanginya, tetapi menghadaplah ke timur atau barat.” (HR. Al-Bukhari no. 394 dan Muslim no. 264)

3. Tidak Berbicara Saat Buang Hajat

Dari sahabat Jabir رضي الله عنه, Rasulullah ﷺ bersabda:

إِذَا ذَهَبْتُمُ الْغَائِطَ فَلَا تَسْتَقْبِلُوا الْقِبْلَةَ وَلَا تَسْتَدْبِرُوهَا وَلَا تَسْتَنْجُوا بِأَقَلَّ مِنْ ثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ وَلَا تَسْتَنْجُوا بِرَجِيعٍ وَلَا بِعَظْمٍ

“Janganlah kalian menghadap kiblat atau membelakanginya ketika buang hajat, jangan pula bersuci dengan kurang dari tiga batu, dan jangan bersuci dengan kotoran atau tulang.” (HR. Muslim no. 262)

4. Keluar dari Kamar Mandi dengan Mendahulukan Kaki Kanan

Dan membaca doa keluar:

غُفْرَانَكَ

“Aku memohon ampun kepada-Mu (wahai Allah).” (HR. Abu Dawud no. 30 dan At-Tirmidzi no. 7, dishahihkan Al-Albani)

Hikmah dari Adab dan Tata Cara Buang Hajat

  • Menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

  • Menghindarkan diri dari penyakit akibat najis.

  • Melatih kedisiplinan dan kesopanan dalam setiap aspek kehidupan.

  • Mengingatkan seorang muslim untuk senantiasa menjaga kehormatan dan adab di hadapan Allah ﷻ.

Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc

Facebook Comments

Pesantren MAQI

Lembaga Bahasa Arab dan Studi Islam

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Advertisment ad adsense adlogger