Risalah Mimpi (2)
Sekapur Sirih Tentang Mimpi, dari Ibnu Qayyim
Imam besar Ibnul Qayyim berkata:
“Mimpi merupakan prinsip dasar sebuah wahyu ketika diturunkan, dan nilai kebenarannya dilihat dari siapa yang melihat mimpi tersebut, mimpi yang paling benar adalah mimpi yang datang dari orang yang selalu mengatakan kebenaran dan kejujuran diantara manusia.”
Penjelasan dari perkataan yang ada diatas, bahwa mimpi seseorang akan diakui dan dipercayai dilihat dari sejauh mana kejujuran perkataannya setiap harinya. Dan orang yang benar mimpinya adalah orang yang paling benar perkataanya.oleh karena itu, hal ini menjadi pedoman bagi seorang muslim didalam mempercayai mimpi, karena mungkin saja orang yang selalu berbuat maksiat dan sering berdusta sewaktu-waktu dapat mengaku-ngaku bahwa dia melihat dan didatangi Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa sallam didalam mimpinya.
Lalu beliau berkata, mimpi yang menjadi sebab datang hidayah bagi seseorang adalah mimpi yang datang khusus dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagaimana mimpinya para Nabi merupakan sebuah wahyu yang terlindungi dari gangguan atau tipu daya syetan, menurut ijma para ulama.
Salah satu contoh yang dapat kita ambil adalah perintah bagi Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya Nabi Ismail yang datang melalui mimpi. Dan mimpi tersebut sangat diyakini kebenarannya oleh nabi Ibrahim dan juga anaknya, Nabi Ismail.
Peristiwa ini Allah abadikan didalam Al Qur’an,
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”(As Shaffat: 102)
Kemudian Ibnu Qayyim melanjutkan, bahwa siapa saja yang hendak ingin mimpinya dipercayai maka hendaklah bersikap jujur dan senantiasa memakan dan minum yang halal-halal, serta selalu taat terhadap larangan dan perintah Allah, dan hendaklah dia tertidur dalam keadaan berwudhu (thaharah) sembari menghadap qiblat dan berdzikir hingga kedua matanya tertutup, maka sesungguhnya mimpinya tersebut tidak akan pernah diragukan sama sekali.
Wallahu A’lam Bis Showab.
Penulis : Ustadz A. Muslim Nurdin, S.Pd (Mudir Pesantren MAQI)