Menghindari Maksiat sebagai Bentuk Ketakwaan
Menghindari Maksiat sebagai Bentuk Ketakwaan
Ketakwaan merupakan tujuan utama dari seluruh perintah ibadah dalam Islam. Allah Swt memerintahkan umat Islam untuk bertakwa dalam setiap aspek kehidupan. Salah satu wujud konkret dari ketakwaan adalah menjauhi segala bentuk kemaksiatan, baik yang kecil maupun besar, yang tampak maupun tersembunyi. Ketakwaan bukan hanya tentang memperbanyak ibadah lahiriah, tetapi juga tentang menjaga diri dari perbuatan yang dilarang oleh Allah Swt.
- Pengertian Ketakwaan
Secara bahasa, takwa berasal dari kata wiqayah yang berarti menjaga atau melindungi. Sedangkan menurut istilah syar’i, ketakwaan adalah menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan.
Allah Swt berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ ١٠٢
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.”(QS. Ali Imran: 102)
- Menghindari Maksiat sebagai Cermin Ketakwaan
Salah satu indikator nyata dari ketakwaan adalah kemampuan seseorang dalam menghindari maksiat. Tidak mudah melawan dorongan nafsu dan godaan setan, namun seorang yang bertakwa akan menjadikan rasa takut kepada Allah sebagai benteng dari perbuatan dosa.
Allah Swt menjelaskan ciri orang bertakwa dalam Al-Qur’an:
وَالَّذِيْنَ يَجْتَنِبُوْنَ كَبٰۤىِٕرَ الْاِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ وَاِذَا مَا غَضِبُوْا هُمْ يَغْفِرُوْنَۚ ٣٧
“Dan orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf.” (QS. Asy-Syura: 37)
Dalam ayat lain, Allah juga berfirman:
ذٰلِكَ وَمَنْ يُّعَظِّمْ شَعَاۤىِٕرَ اللّٰهِ فَاِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوْبِ ٣٢
“Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu dari ketakwaan hati.”(QS. Al-Hajj: 32)
Menghindari maksiat adalah salah satu bentuk pengagungan terhadap perintah dan larangan Allah. Saat seseorang mampu meninggalkan kebiasaan buruk atau menghindari lingkungan dosa karena takut kepada Allah, itulah bentuk paling nyata dari takwa.
- Contoh Nyata dalam Sunnah
Rasulullah Saw bersabda:
فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِى إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِى النِّسَاءِ
“Waspadalah dengan dunia, begitu pula dengan godaan wanita. Karena cobaan yang menimpa Bani Israil pertama kalinya adalah karena sebab godaan wanita.” (HR. Muslim no. 2742).
Hadis ini menunjukkan bahwa menjaga diri dari fitnah dunia dan maksiat adalah bagian dari ketakwaan yang sangat ditekankan.
Contoh paling terkenal adalah kisah tujuh golongan yang dinaungi Allah pada hari kiamat, salah satunya adalah:
وَرَجُلٌ دَعَتهُ امْرَأَةٌ ذَاتَ مَنصَبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللهَ
“Seorang laki-laki yang diajak oleh seorang wanita cantik dan terpandang untuk berzina, lalu ia berkata: ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah’.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Perilaku menahan diri dari maksiat ini bukan hanya bukti ketakwaan, tetapi juga jaminan perlindungan dari Allah di akhirat kelak.
- Menjauhi Maksiat Membuka Jalan Hidayah
Menjaga diri dari maksiat tidak hanya menyelamatkan dari dosa, tetapi juga membuka hati terhadap hidayah dan keberkahan. Allah Swt berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَتَّقُوا اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّكُمْ فُرْقَانًا وَّيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْۗ وَاللّٰهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ ٢٩
“Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan furqan (kemampuan membedakan antara yang hak dan batil) kepadamu, menghapus segala kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)-mu. Allah memiliki karunia yang besar”.(QS. Al-Anfal: 29)
Menghindari maksiat adalah salah satu bentuk ketakwaan yang paling penting dan mendasar. Ia menjadi indikator nyata sejauh mana iman seseorang tertanam dalam hati. Takwa bukan hanya terletak pada ucapan atau ibadah ritual, tetapi pada pilihan-pilihan hidup sehari-hari yang menjauhkan kita dari hal-hal yang diharamkan. Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang bertakwa dan istiqamah dalam meninggalkan maksiat demi meraih rida dan surga-Nya.
Penulis : Syahidan Mukri (Staff Pengurus Pesantren MAQI)