Macam-Macam Jiwa Menurut Al-Qur’an
Para ulama menyebutkan bahwa jiwa kita memiliki tiga sifat yang berbeda, satu sifat bisa mengalahkan sifat yang lain. Ketiga sifat tersebut adalah sebagai berikut:
- An-Nafsu Al-Muthmainnah (jiwa yang tenang).
Tentang jiwa yang tenang ini Allah Subhanahu berfirman
يَٰٓأَيَّتُهَا ٱلنَّفۡسُ ٱلۡمُطۡمَئِنَّةُ ٢٧ ٱرۡجِعِيٓ إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةٗ مَّرۡضِيَّةٗ ٢٨ فَٱدۡخُلِي فِي عِبَٰدِي ٢٩ وَٱدۡخُلِي جَنَّتِي ٣٠
Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Rabb-mu dengan hati yang puas lagi di-ridhai-Nya! Kemudian masuklah ke dalam (jamaah) hamba-hamba-Ku, Dan masuklah ke dalam surga-Ku! [Al-Fajr/89:27-30]
TAFSIR RINGKAS
(27) “Wahai jiwa yang tenang!” yaitu jiwa yang membenarkan dan mengimani janji baik dan ancaman dari Allâh Subhanahu wa Ta’ala yang ada dalam kitab-Nya berdasarkan lisan Rasul-Nya, kemudian dia beriman, bertakwa dan berlepas diri dari kesyirikan dan keburukan. Jiwa itulah jiwa yang tenang lagi mengingat Allâh Subhanahu wa Ta’ala dan jiwa yang bahagia karena kecintaan kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya dan kecintaan terhadap apa yang ar-Rahmân janjikan untuknya.
(28) “Kembalilah kepada Rabb mu dengan hati yang puas lagi di-ridhai-Nya!” yaitu kembalilah ke sisi-Nya di dalam negeri pemuliaan-Nya dalam keadaan engkau ridha dengan balasan dari Allâh Subhanahu wa Ta’ala untukmu dan engkau diridhai oleh Rabb-mu.
(29)“Kemudian masuklah ke dalam (jamaah) hamba-hamba-Ku,” maksudnya ke dalam golongan para hamba-Ku yang shalih.
(30)“Dan masuklah ke dalam surga-Ku!” Perkataan ini diucapkan ketika Allâh Subhanahu wa Ta’ala mengembalikan ruh-ruh ke dalam jasad-jasadnya di yaumul-ma’âd (akhirat). Jika sudah kembali, maka para Malaikat mengucapkan salam, kemudian digiring ke tempat penghisaban dan diberikan kitabnya dengan tangan kanannya, kemudian dikatakan kepadanya, “Masuklah ke dalam golongan-golongan hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku” setelah melewati shirath (jembatan).
- An-Nafsu Al-Lawwâmah (jiwa yang suka menyesali dirinya sendiri). Ini disebutkan oleh Allâh Subhanahu wa Ta’ala di dalam al-Qur’an:
لَآ أُقۡسِمُ بِيَوۡمِ ٱلۡقِيَٰمَةِ ١ وَلَآ أُقۡسِمُ بِٱلنَّفۡسِ ٱللَّوَّامَةِ ٢
“Aku bersumpah demi hari kiamat, dan Aku bersumpah dengan jiwa yang suka menyesali (dirinya sendiri).” [Al-Qiyamah/75:1-2]
Al-Farrâ’ rahimahullah menjelaskan jiwa jenis ini, beliau mengatakan, “Tidaklah dia mendapatkan dirinya bertakwa atau bermaksiat kecuali dia selalu mencela atau menyesali dirinya sendiri. Apabila dia melakukan kebaikan, maka jiwa tersebut berkata, ‘Mengapa saya tidak menambahnya.’ Jika dia melakukan keburukan, maka jiwa tersebut berkata, ‘Seandainya saya tidak melakukannya.’.”
- An-Nafsu Al-Ammârah bis-Sû’ (jiwa yang suka memerintahkan kepada keburukan). Ini disebutkan oleh Allâh Subhanahu wa Ta’ala di dalam al-Qur’an:
۞وَمَآ أُبَرِّئُ نَفۡسِيٓۚ إِنَّ ٱلنَّفۡسَ لَأَمَّارَةُۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيٓۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٞ رَّحِيمٞ
“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada keburukan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Yusuf/12 :53]
Ath-Thabari rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya jiwa-jiwa yang dimaksud adalah jiwa-jiwa hamba yang memerintahkan kepada seluruh apa yang dia inginkan oleh hawa nafsunya, meskipun bukan pada sesuatu yang diridhai oleh Allâh.”
Al-Baghawi rahimahullah mengartikan keburukan (as-sû’) pada ayat ini dengan “maksiat”.
Dengan mengetahui ketiga sifat ini, sudah sepantasnya kita berusaha agar an-nafsu al-muthmainnah menguasai diri kita, sehingga hari-hari kita bisa dipenuhi dengan ketakwaan kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala .
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat (Musyrif Aam Pesantren MAQI)