Khutbah Jumat

Berniaga dengan Allah

 

Ma’âsyiral muslimîn rahîmakumullâh

Pengorbanan adalah sesuatu yang pasti dilakukan oleh setiap manusia semasa hidupnya. Ada yg mengorbankan sebagian besar waktunya, pergi pagi pulang petang, untuk memperoleh penghasilan. Dan begitu pula bahkan ada seseorang yang mengorbankan hartanya, keluarganya dan juga nyawa demi mencapai tujuan kebahagiaan dan kesenangan yang ia peroleh.

Di dalam agama islam khususnya, setiap individu yang terlahir kedunia ini diajarkan untuk terus berkorban demi agama dan  mengabdikan dirinya untuk taat kepada setiap perintah Allah, dan itulah sebaik-baik pengorbanan.

Harus kita ketahui, bahwa pengorbanan merupakan kewajiban setiap muslim baik muda maupun tua, kaya ataupun miskin, yang  dapat melihat maupun tunanetra sekalipun. Karena Tolok ukur islam seseorang adalah sejauh mana pengorbanan yang bisa dia berikan demi menjalankan dan memperjuangkan tegaknya syari’ah Allah SWT, juga sejauh mana pengorbanan yg mampu dia berikan untuk menghindari larangan-Nya.

Jamaah Jumat rahimakumullah…

Beberapa pekan kedepan kita umat islam akan menjumpai dan merayakan salah satu hari besar islam yaitu Idhul Adha (Hari Raya Qurban). Banyak di antara kaum muslimin yang mampu berlomba-lomba untuk berkurban dan mngrobankan hartanya dijalan Allah.

Di sisi lain orang-orang miskin, dhu’afa dan fuqara bersukacita karena akan menyantap daging yang mungkin hanya sekali dalam setahun hal itu mereka dapatkan.

Fenomena timbul dan nampaknya kesadaran dalam pribadi kaum muslimin untuk berkurban tentunya merupakan suatu hal yang lebih membahagiakan kita semua. Namun akan lebih menggembirakan lagi apabila jiwa pengorbanan tersebut dimaknai dengan benar dan ditumbuhkembangkan di setiap ranah kehidupan seorang muslim.

Allah ta’ala berfirman,

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِيْ نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللهِ وَاللهُ رَؤُوْفٌ بِالْعِبَادِ

Artinya: “Di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah. Dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya”. QS. Al-Baqarah: 207.

Ayat diatas menjelaskan bahwa pengorbanan yang hakiki adalah pengorbanan yang datang tulus untuk mencari keridhaan Allah Subhanahu wa ta’la. Pengorbanan tentunya amat beragam, salah satu bentuk terbesarnya adalah berkorban untuk membela akidah dan sunnah yang diwariskan Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam.

Bentuk pelajaran yang harus kita ambil  adalah pengorbanan yang dicontohkan oleh keluarga Nabi Ibrahim a.s. Bagaimana tidak, putra yang sudah dinantikan dan didambakan kelahirannya, yang diharapkan kelak menjadi penerus keturunan dan perjuangannya, yang baru tumbuh menjadi pemuda yang cerdas, tampan, dan menawan, justru diperintahkan oleh Allah Swt untuk disembelih.

Nabi Ibrahim dan Hajar bersedia mengorbankan anaknya, Ismail mengorbankan nyawanya semua dilakukan hanya untuk mengabdi kepada Allah Swt.

Hingga Allah menjadikan beliau sebagai suri tauladan bagi umat manusia dan dijuluki juga dengan bapak tauhid, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

Dan Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, ”Selamat sejahtera bagi Ibrahim.” Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sungguh, dia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. (as-saffat (37):108-111)

Khutbah kedua

Jamaah Jumat rahimakumullah

Demikianlah pandangan tentang pengorbanan yang hakiki yang harus kita amalkan dan kita ajarkan kepada anak-anak kita; pengorbanan untuk membela akidah  dan syariat islam dan sunnah Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam.

Apabila kita hidup dizaman ini, manakala kita melihat akidah dan ajaran  Islam dinodai dengan pemikiran-pemikiran kufur serta kesyirikan dan sunnah Rasul shallallahu ’alaihi wa sallam dijadikan sebagai bahan lelucon, lalu masih banyak di antara kaum muslimin yang adem ayem saja tanpa merasa terusik sedikitpun, itu menunjukkan bahwa jiwa pengorbanan mereka perlu dipertanyakan dan keimanan mereka masih terdapat kesalahan.

Semoga Allah swt menjadikan kita orang-orang yang mampu dan gemar berkorban harta, nyawa dan seluruhnya untuk mentaati dan memperjuangkan islam sebagai satu-satunya agama yang benar.

Penulis : Ustadz A. Muslim Nurdin, S.Pd (Mudir Pesantren MAQI)

 

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.