Tsaqafah

Kisah Islami: Cinta Dunia dan Takut Mati

 

Rasa cinta, semuanya pasti pernah mengalami hal itu, bagaimana rasanya, seberapa indah gambarannya, tak mungkin bisa dillupakan hanya dalam waktu sesaat. Ya, karena kita bisa bertahan sampai sekarang dikarenakan cinta, cinta ibu, ayah, saudara dan sahabat disekitar kita.

Dalam menyikapi rasa cinta, khususnya sesama makhluq, kita jangan sampai ditengelamkan dalam mimpi, cinta dunia yang berkepanjangan, karena hal ini bisa mengakibatkan efek samping yang sangat berbahaya, apa kira-kira efek sampingnya ? jawabannya telah Rasulullah kabarkan pada 14 abad yang silam yaitu “ hubbud dun’ya wa karaahiyatull maut” artinya cinta dunia dan takut mati.

Lho, masa kita lupa akan tujuan kita dihidupkan di dunia, saking cintanya kepada dunia, kita lupa untuk beribadah, mengumpulkan amal baik, berinfaq dan silaturahim kepada karib kerabat. Hal itu bisa di selamat, kalo kita bermuhasabah kembali, sebagaimana rasulullah wasiatkan “ haasibuu anfusakum qobla an tuhaasabuu” koreksilah diri kalian sebelum kalian dihisab diakhirat kelak.

Ada sebuah kisah yang ane pernah dengar, dari salah satu teman yang dapet giliran ceramah selama lima menit, kurang lebih seperti ini gambarannya.

Alkisah, disebuah desa yang terpencil hidup seorang bapak dengan bahagia bersama ketiga anaknya, anak pertama bernama Anis, kedua Harben dan yang ketiga Amshal.

Setiap waktunya ia curahkan hanya untuk menemani kedua anaknya saja, anis dan harben. Anis memiliki perawakan yang tinggi dan wajah yang rupawan, sedangkan harben adalah anak yang sukses dalam bidang bisnis memiliki harta yang berlimpah. Untuk itu apapun keinginan mereka berdua selalu ia kabulkan.

Adapun disisi lain, amshal anahknya yang terakhir sering ia tinggalkan, tak pernah keadaannya dihiraukan, kecuali bila ada sisa waktu dari kedua kakaknya. Hingga akhirnya, datanglah masa tua, berjalanpun sudah tak sanggup, akhirnya sang bapak bertanya pada setiap anaknya.

“Maukah kamu menemani bapak nak, ketika bapakmu ini ditaruh kedalam kubur?” tanyanya pada Anis, dengan penuh harap.

“Mana mungkin saya temani bapak didalam kubur, waktu saya masih banyak, bapak gila ya?” jawabnya anis sambil memalingkan wajahnya.

“Bukankah bapakmu ini sudah memberikan waktu bersamamu lebih  banyak dari yang lain, mana balas budi mu?”

“Bapak memang sudah menemani saya begitu lama, tapi mana mungkin saya temani bapak didalam kubur..!”

Sambil menangis, si bapak menyuruhnya untuk keluar dari kamarnya. Lalu Harben datang menghampirinya.

“Harben, maukah kamu menemani bapak didalam kubur nak ?” tanyanya

“Saya sibuk pak, sama urusan kantor, banyak klien yang meminta kerjasama dengan saya, bapak tenang saja, nanti kalo bapak meninggal, bakal saya buatkan rumah yang besar di sekitar kuburan bapak”

Karena merasa terhinakan, si bapak pun langsung menyuruhnya untuk keluar segera. Setelah beberapa saat kemudian, amshal datang dengan membawa minuman.

“Nak, maafkan bapakmu ini, sudah lama bapak tidak pernah memperhatikan dirimu, apakah ada sesuatu yang ingin kamu minta?”

“Tidak pak, amshal justru senang bapak memberikan waktunya untuk amshal walaupun sedikit” jawab amshal dengan memeluk bapaknya.

“Maukah kamu temani bapak didalam kubur, supaya bapak tidak kesepian?”

“Apa pun yang bapak minta, amshal akan taat, walaupun harus menemani bapak didalam kubur, karena amshal yakin bahwa hal itu adalah tugas amshal sebagai anak” jawabnya tanpa ragu.

Cerita selesai……

 

Nah kira-kira pelajaran apa yang bisa kita dapatkan dari cerita ini? Kok, amshal mentaati keinginan bapaknya padahal ia tidak pernah dihiraukan dalam keluarganya..?

Sebenarnya, nama anis itu diambil dari kata Anak dan Istri. Ya benar, karena anak istri yang selalu membuat manusia lupa akan tujuan hidupnya. Cinta kita terhadap mereka terkadang membuat kita lupa akan cinta kepada Allah SWT.

Adapun harben adalah harta benda. Yang membuat manusia saling berebut dan mencurahkan waktunya demi mencari harta benda. Dari mulai rumah mewah, saham, apartement dan mobil-mobil mahal milyaran rupiah.

Amshal yaitu Amal Shaleh yang sering dilupakan, manusia selalu merasa cukup pada amal shaleh yang ia lakukan, hingga akhirnya bekal sesungguhnya untuk akhirat ia abaikan.

Kita harus ingat bahwa Nabi Muhammad telah bersabda :

 

“Tiga Hal yang mengiringi mayit, dua akan kembali dan satu akan menyertai. Dia diiringi keluarganya, hartanya, dan amalannya. Keluarga dan hartanya akan kembali, tinggal amal yang menemani” (HR Bukhari)

Penulis : Ustadz A. Muslim Nurdin, S.Pd (Mudir Pesantren MAQI)

 

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.