Sirah

Asuhan Kakek Abdul Muthalib dan Paman Abu Thalib

Pendahuluan

Setelah wafatnya ibunda tercinta, Aminah binti Wahb, Nabi Muhammad ﷺ yang masih berusia enam tahun tumbuh dalam asuhan kakeknya, Abdul Muthalib, dan kemudian pamannya, Abu Thalib. Kedua sosok ini memiliki peran penting dalam perjalanan hidup Nabi ﷺ sebelum diangkat menjadi rasul. Melalui kasih sayang mereka, Allah ﷻ menyiapkan Nabi ﷺ untuk menghadapi kehidupan yang penuh perjuangan dan tanggung jawab besar.


Asuhan Kakek Abdul Muthalib

Ketika ibunda beliau wafat di Abwa’, Nabi ﷺ dibawa kembali ke Makkah oleh pembantunya, Ummu Aiman رضي الله عنها, dan diserahkan kepada kakeknya, Abdul Muthalib, seorang tokoh terhormat di kalangan Quraisy.

Abdul Muthalib sangat mencintai cucunya ini dengan kasih sayang yang luar biasa. Dikisahkan bahwa beliau sering duduk di dekat Ka’bah di atas hamparan khusus yang tidak boleh diduduki oleh siapa pun, namun ketika Nabi ﷺ kecil datang, ia duduk di sampingnya, dan sang kakek membiarkannya serta berkata, “Biarkan dia, sesungguhnya anak ini akan memiliki masa depan yang besar.”

Kelembutan dan kasih sayang Abdul Muthalib menjadi bukti bahwa Allah ﷻ telah menanamkan rasa cinta di hati orang-orang di sekitar Nabi ﷺ sejak kecil.

Namun, kebersamaan itu tidak berlangsung lama. Dua tahun setelah wafatnya Aminah, Abdul Muthalib meninggal dunia. Sebelum wafat, ia berpesan agar Nabi ﷺ diasuh oleh anaknya, Abu Thalib, yang dikenal sebagai orang dermawan dan penyayang.


Dalam Asuhan Paman Abu Thalib

Setelah wafat kakeknya, Nabi ﷺ yang berusia delapan tahun diasuh oleh Abu Thalib, saudara kandung ayahnya, Abdullah. Abu Thalib adalah sosok yang miskin secara materi, tetapi kaya akan kasih sayang dan kehormatan di kalangan Quraisy. Ia mencintai Nabi ﷺ seperti anaknya sendiri, bahkan lebih.

Abu Thalib melindungi Nabi ﷺ sejak kecil hingga masa kenabian. Ia mendampingi beliau dalam perjalanan dagang ke Syam saat berusia dua belas tahun. Di perjalanan itu, seorang rahib bernama Buhaira melihat tanda-tanda kenabian pada diri Nabi ﷺ dan memperingatkan Abu Thalib agar menjaga keponakannya dari orang-orang Yahudi yang dengki.


Perlindungan Abu Thalib Setelah Kenabian

Ketika wahyu turun kepada Nabi ﷺ dan beliau mulai berdakwah menyampaikan risalah tauhid, Abu Thalib tetap menjadi pelindung setia, meskipun ia sendiri tidak memeluk Islam. Ia menolak permintaan para pemuka Quraisy untuk menghentikan dakwah keponakannya.

Dalam riwayat sahih disebutkan bahwa Abu Thalib pernah berkata kepada Nabi ﷺ ketika Quraisy memintanya menghentikan dakwah:
“Wahai anak saudaraku, jagalah dirimu dan teruskan apa yang engkau yakini. Demi Allah, aku tidak akan menyerahkanmu kepada siapa pun.”

Sikap ini menunjukkan betapa besar cinta dan pengorbanan Abu Thalib dalam melindungi Nabi ﷺ dari gangguan kaum musyrikin.

Namun, ketika ajalnya tiba, Abu Thalib meninggal dunia dalam keadaan tidak sempat mengucapkan kalimat tauhid. Nabi ﷺ sangat bersedih, namun Allah ﷻ menegaskan dalam firman-Nya:

إِنَّكَ لَا تَهْدِيْ مَنْ أَحْبَبْتَ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَآءُۗ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ

“Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (Al-Qashash: 56)


Hikmah dari Asuhan Abdul Muthalib dan Abu Thalib

  1. Kasih sayang Allah ﷻ yang nyata — Meski yatim, Nabi ﷺ selalu dijaga dan dikelilingi oleh kasih sayang keluarga yang mulia.

  2. Pendidikan dalam kesederhanaan — Beliau tumbuh dalam lingkungan yang mengajarkan tanggung jawab, kesabaran, dan kerja keras.

  3. Latihan kepemimpinan — Hubungan dengan tokoh Quraisy seperti Abdul Muthalib dan Abu Thalib membentuk jiwa kepemimpinan yang adil dan berwibawa.

  4. Pelajaran iman dan dakwah — Meskipun Abu Thalib tidak masuk Islam, cintanya menjadi contoh bahwa Allah ﷻ memberi hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya.


Penutup

Asuhan kakek Abdul Muthalib dan paman Abu Thalib merupakan bagian penting dari perjalanan hidup Nabi Muhammad ﷺ. Melalui mereka, Allah ﷻ menjaga, mendidik, dan menyiapkan Nabi ﷺ untuk memikul amanah besar sebagai Rasul terakhir. Dari kasih sayang keluarga inilah, lahir pribadi yang penuh kelembutan, kesabaran, dan keteguhan dalam menegakkan kebenaran.

Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc

Facebook Comments

Pesantren MAQI

Lembaga Bahasa Arab dan Studi Islam

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Advertisment ad adsense adlogger