Jangan Lihat Rupanya
Seorang sastrawan Arab, al-Akhthal berkata,
”ucapan bisa menembus sesuatu yang tidak bisa ditembus oleh jarum“[1].
Ya’kub al Hamduniy juga berkata:
“luka karena pedang bisa diharapkan sembuhnya #
tetapi luka karena lidah, kemana obatnya hendak dicari”[2]
Orang bijak berkata,” lidah lebih tajam daripada pedang“.
Siapapun sepakat bahwa kemampuan komunikasi sangat menentukan kesuksesan seseorang dalam berbisnis, berpolitik dan memimpin masyarakat, bahkan dalam mengarungi mahligai rumah tangga. Sesuatu yang buruk, jika disampaikan dengan bahasa dan cara yang baik, bisa mengalahkan suatu kebaikan yang disampaikan dengan bahasa dan cara yang buruk.
Substansi atau isi jelas penting, tetapi media atau “bungkus“ sangat penting. “Bungkus“ yang baik bisa menggiring orang untuk memilih “isi“. Oleh karena itu, Imam kita berkata, ”hiasilah al Qur’an dengan suara kalian, sesungguhnya suara yang indah akan menambah keindahan al Qur’an“[3]. Orang lain bisa tersanjung atau tersinggung tergantung jenis kata dan cara yang kita pilih dalam berkomunikasi. Oleh karena itu, menghargai orang lain bisa dimulai dengan berkata indah kepada orang lain. Sang maha guru kita berkata,”perkataan yang indah itu sedekah“[4].
Berkata yang baik menjadi lebih penting lagi, disaat kita memberikan nasehat atau menegor orang lain. Kenapa begitu? Tak lain dan tak bukan, karena nasehat itu sendiri merupakan obat dan obat itu mesti pahit. Membungkus obat dengan kata – kata yang manis bisa menjadikannya tidak terasa pahit. Seorang Zahid terkenal, Yahya bin Mu’adz berkata,” sebaik – baik sesuatu, perkataan yang lembut yang keluar dari lautan yang dalam melalui lisannya orang yang lembut “.[5]
[1] Ibnu Abdi Rabbih al andalusiy, Al iqd al farid, Juz I hal,280
[2] Al Iqd al Farid, ibid
[3] HR.Abu Daud dan Hakim
[4]HR.Bukhari
[5] Ibnu Khalkan, Wafiyatul a’yan, Juz VI hal.168
Penulis : Ustadz A. Muslim Nurdin, S.Pd (Mudir Pesantren MAQI)