Hikmah terjadinya Gerhana menurut Islam
Hikmah terjadinya Gerhana menurut Islam
Fenomena gerhana, baik gerhana matahari (kusuf) maupun gerhana bulan (khusuf), merupakan salah satu kejadian alam yang telah dikenal umat manusia sejak zaman dahulu. Dalam ilmu astronomi, gerhana dijelaskan sebagai suatu kondisi di mana cahaya matahari terhalang oleh bumi atau bulan, sehingga menimbulkan kegelapan sementara. Namun, Islam tidak hanya melihat gerhana dari sisi ilmiah, melainkan juga dari sisi spiritual. Islam mengajarkan bahwa gerhana adalah bagian dari tanda-tanda kebesaran Allah SWT (ayatullah) yang sarat akan hikmah dan pelajaran.
- Gerhana sebagai Tanda Kekuasaan Allah
Allah SWT menciptakan langit dan bumi serta seluruh peredarannya dengan penuh keteraturan. Ketika terjadi gerhana, itu menunjukkan bahwa alam semesta tunduk kepada kehendak-Nya. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
وَمِنْ اٰيٰتِهِ الَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُۗ لَا تَسْجُدُوْا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوْا لِلّٰهِ الَّذِيْ خَلَقَهُنَّ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ ٣٧
“Sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah malam, siang, matahari, dan bulan. Janganlah bersujud pada matahari dan jangan (pula) pada bulan. Bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya jika kamu hanya menyembah kepada-Nya”. (QS. Fussilat: 37)
Gerhana menjadi momen bagi manusia untuk menyadari bahwa segala sesuatu di alam ini berjalan dengan izin Allah, dan manusia harus selalu tunduk dan taat kepada-Nya. Perubahan yang terjadi di langit bukan sekadar peristiwa alam biasa, tapi sebuah peringatan dan pelajaran.
- Gerhana sebagai Peringatan untuk Mengingat Kematian dan Hari Kiamat
Rasulullah SAW sangat tegas meluruskan pemahaman jahiliyah yang mengaitkan gerhana dengan peristiwa duniawi seperti kematian seseorang atau nasib buruk. Beliau bersabda:
إنَّ الشَّمْسَ والقَمَرَ آيَتانِ مِن آياتِ اللَّهِ، لا يَخْسِفانِ لِمَوْتِ أحَدٍ ولا لِحَياتِهِ، فإذا رَأَيْتُمْ ذلكَ، فادْعُوا اللَّهَ، وكَبِّرُوا وصَلُّوا وتَصَدَّقُوا
Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari banyak tanda-tanda kekuasaan Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena wafatnya atau hidupnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana, maka berdoalah kepada Allah, perbanyak takbir, lakukan shalat, dan bersedekahlah. [HR Bukhari no 1044 dan no Muslim 901]
Dari hadits ini, kita belajar bahwa gerhana adalah peringatan dari Allah, agar manusia tidak lalai dan selalu mengingat akan datangnya kematian dan hari kiamat. Peristiwa gelapnya langit untuk sementara seolah-olah memberi gambaran tentang suasana dahsyat yang akan terjadi di hari akhir.
Imam Al-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan bahwa:
“Gerhana adalah salah satu tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah yang ditampakkan kepada hamba-hamba-Nya sebagai bentuk peringatan, agar mereka takut dan kembali kepada-Nya.”
- Hikmah Gerhana: Menggerakkan Jiwa untuk Ibadah
Rasulullah SAW tidak hanya menjadikan gerhana sebagai peringatan, tapi juga menghubungkannya langsung dengan ibadah. Beliau memerintahkan umatnya untuk melakukan shalat gerhana saat fenomena ini terjadi.
Hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah RA menyebutkan:
“Pada masa Rasulullah SAW pernah terjadi gerhana matahari. Maka beliau keluar menuju masjid, lalu beliau mengimami manusia dan shalat dua rakaat yang panjang. Kemudian matahari pun kembali bersinar dan gerhana pun usai. Setelah itu, beliau menyampaikan khutbah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam khutbah tersebut, Nabi SAW menganjurkan umatnya untuk:
- Melaksanakan shalat gerhana
- Berdoa dan bertakbir
- Memohon ampunan (istighfar)
- Bersedekah
- Memperbanyak dzikir
Ini menunjukkan bahwa hikmah utama dari gerhana adalah agar manusia meningkatkan kualitas keimanannya dan mendekatkan diri kepada Allah. Bukan ketakutan pada alam, melainkan rasa takut yang mengarah kepada ibadah dan taubat.
- Meluruskan Keyakinan yang Salah dan Tahayul
Sebelum datangnya Islam, masyarakat Arab sering mengaitkan gerhana dengan kematian tokoh penting atau sebagai pertanda nasib buruk. Bahkan di banyak budaya lain, gerhana sering dikaitkan dengan tahayul seperti naga yang memakan matahari, atau roh jahat yang murka.
Islam secara tegas membantah semua itu. Rasulullah SAW meluruskan keyakinan tersebut melalui sabdanya:
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Tidaklah gerhana terjadi karena mati atau hidupnya seseorang.” (HR. Muslim)
Dengan demikian, hikmah dari gerhana juga mencakup aspek pendidikan akidah, yakni membersihkan kepercayaan umat dari unsur syirik, tahayul, dan mitos yang tidak berdasar.
Penulis : Syahidan Mukri (Staff Pengurus Pesantren MAQI)

