Prinsip Ahlus Sunnah dalam Asma’ wa Shifat
Pendahuluan
Asma’ wa Shifat Allah ﷻ merupakan bagian agung dari aqidah Islam. Ahlus Sunnah wal Jama’ah memiliki prinsip yang jelas, lurus, dan selamat dalam menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah ﷻ, yaitu berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman para sahabat رضي الله عنهم. Prinsip ini menjaga umat dari penyimpangan, baik yang menyerupakan Allah ﷻ dengan makhluk maupun yang menolak sifat-sifat-Nya.
Allah ﷻ berfirman:
لَيْسَ كَمِثْلِهٖ شَيْءٌۚ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (Asy-Syura: 11).
Ayat ini menjadi landasan utama dalam memahami Asma’ wa Shifat Allah ﷻ: menetapkan tanpa menyerupakan, dan menyucikan tanpa menolak.
Pengertian Asma’ wa Shifat
Asma’ adalah nama-nama Allah ﷻ yang indah (Asmaul Husna) yang menunjukkan kesempurnaan-Nya.
Shifat adalah sifat-sifat Allah ﷻ yang Allah tetapkan bagi diri-Nya atau ditetapkan oleh Rasulullah ﷺ bagi-Nya.
Allah ﷻ berfirman:
وَلِلّٰهِ الْاَسْمَآءُ الْحُسْنٰى فَادْعُوْهُ بِهَا
“Dan Allah memiliki nama-nama yang indah, maka berdoalah kepada-Nya dengan nama-nama itu” (Al-A’raf: 180).
Prinsip Umum Ahlus Sunnah dalam Asma’ wa Shifat
Ahlus Sunnah wal Jama’ah menetapkan Asma’ wa Shifat Allah ﷻ berdasarkan dalil yang shahih dengan kaidah yang jelas, sebagaimana diwariskan oleh para sahabat رضي الله عنهم.
Prinsip Pertama: Menetapkan Apa yang Allah Tetapkan
Ahlus Sunnah menetapkan seluruh nama dan sifat yang Allah ﷻ tetapkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih, tanpa menambah dan tanpa mengurangi.
Allah ﷻ berfirman:
اَلرَّحْمٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوٰى
“(Allah) Yang Maha Pengasih bersemayam di atas ‘Arsy” (Thaha: 5).
Ahlus Sunnah menetapkan sifat istiwa’ sebagaimana datangnya, tanpa menafsirkan dengan makna yang menyimpang.
Prinsip Kedua: Tanpa Tahrif (Mengubah Makna)
Tahrif adalah mengubah lafaz atau makna dari dalil Asma’ wa Shifat. Ahlus Sunnah menolak tahrif dan menerima dalil sesuai dengan makna zahir yang layak bagi Allah ﷻ.
Prinsip Ketiga: Tanpa Ta’thil (Meniadakan Sifat)
Ta’thil adalah menolak atau meniadakan sifat Allah ﷻ dengan alasan pensucian. Ahlus Sunnah menegaskan bahwa meniadakan sifat justru bertentangan dengan nash.
Allah ﷻ berfirman:
وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
“Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Al-Baqarah: 137).
Meniadakan sifat mendengar dan mengetahui berarti menolak apa yang Allah ﷻ tetapkan bagi diri-Nya.
Prinsip Keempat: Tanpa Takyif (Menanyakan Bagaimana)
Ahlus Sunnah tidak membahas “bagaimana” sifat Allah ﷻ, karena hakikat sifat Allah tidak diketahui manusia.
Ketika Imam Malik رحمه الله ditanya tentang istiwa’, beliau menjawab:
الِاسْتِوَاءُ مَعْلُوْمٌ، وَالْكَيْفُ مَجْهُوْلٌ، وَالْإِيْمَانُ بِهِ وَاجِبٌ، وَالسُّؤَالُ عَنْهُ بِدْعَةٌ
“Istiwa’ itu maknanya diketahui, bagaimana caranya tidak diketahui, mengimaninya wajib, dan bertanya tentang caranya adalah bid’ah.”
Ini adalah kaidah emas Ahlus Sunnah dalam Asma’ wa Shifat.
Prinsip Kelima: Tanpa Tamtsil dan Tasybih (Menyerupakan)
Ahlus Sunnah tidak menyerupakan sifat Allah ﷻ dengan sifat makhluk.
Allah ﷻ berfirman:
وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ
“Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia” (Al-Ikhlas: 4).
Menetapkan sifat Allah tidak berarti menyerupakan-Nya dengan makhluk.
Dalil dari As-Sunnah
Rasulullah ﷺ bersabda dari Abu Hurairah رضي الله عنه:
إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا، مِائَةً إِلَّا وَاحِدًا، مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu. Barang siapa menghitungnya (menghafal, memahami, dan mengamalkannya), maka ia akan masuk surga” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Hadits ini menunjukkan keutamaan menetapkan dan mengimani Asma’ wa Shifat Allah ﷻ dengan benar.
Buah dari Aqidah yang Benar dalam Asma’ wa Shifat
1. Menguatkan Tauhid dan Iman
Mengenal Allah ﷻ melalui nama dan sifat-Nya menumbuhkan keimanan yang kokoh.
2. Menumbuhkan Rasa Takut, Harap, dan Cinta kepada Allah ﷻ
Setiap nama dan sifat Allah ﷻ melahirkan ibadah hati yang benar.
3. Menjauhkan dari Penyimpangan Aqidah
Prinsip Ahlus Sunnah menjaga umat dari tasybih dan ta’thil.
Penutup
Prinsip Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam Asma’ wa Shifat adalah prinsip yang adil dan seimbang: menetapkan apa yang Allah ﷻ tetapkan tanpa tahrif, ta’thil, takyif, dan tamtsil. Inilah jalan para sahabat رضي الله عنهم dan generasi terbaik umat Islam. Dengan mengikuti prinsip ini, seorang Muslim akan selamat dalam aqidah dan semakin mengenal Rabb-nya dengan pengenalan yang benar.
Penulis : Ustadz Kurnia Lirahmat, B.A., Lc
![]() |
|


