Hadits

Melawan Penguasa Zalim: Amanah Iman dan Tanggung Jawab Sosial

Melawan Penguasa Zalim: Amanah Iman dan Tanggung Jawab Sosial

Kezaliman adalah bentuk ketidakadilan yang merampas hak orang lain, menindas kaum lemah, dan melanggar prinsip-prinsip syariah. Ketika kezaliman dilakukan oleh seorang penguasa, efeknya akan sangat luas karena kekuasaannya berdampak langsung terhadap rakyat banyak.

Dalam Islam, melawan kezaliman bukan hanya tindakan politik atau reaksi emosional, melainkan bentuk pengabdian kepada Allah, demi menjaga keadilan, kemanusiaan, dan nilai-nilai tauhid. Umat Islam diperintahkan untuk menolak dan melawan segala bentuk kezaliman, termasuk yang dilakukan oleh para pemimpin.

  1. Kezaliman dalam Pandangan Islam

Zalim (الظلم) secara bahasa berarti menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Dalam Al-Qur’an, Allah sangat mencela kezaliman:

وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَ۝٥٧

“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (QS. Ali Imran: 57)

Lebih dari itu, Allah mengharamkan kezaliman atas diri-Nya sendiri, sebagaimana hadis Qudsi:

يَا عِبَادِى إِنِّى حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِى وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلاَ تَظَالَمُوا

“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku jadikan kezaliman itu haram di antara kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi.”
(HR. Muslim)

Kezaliman dapat dilakukan oleh siapa saja, tetapi ketika penguasa melakukannya, ia menjadi sangat berbahaya karena ia memegang kendali atas hukum, militer, dan ekonomi. Maka Islam memberikan perhatian khusus pada kezaliman penguasa.

  1. Perintah Melawan Kezaliman dalam Al-Qur’an

Allah SWT menegaskan pentingnya menolong orang yang tertindas dan membela keadilan, meskipun itu berarti harus melawan penguasa zalim:

وَمَا لَكُمْ لَا تُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَالْمُسْتَضْعَفِيْنَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاۤءِ وَالْوِلْدَانِ

“Dan mengapa kamu tidak berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang tertindas di antara laki-laki, wanita-wanita dan anak-anak…?”(QS. An-Nisa: 75)

  1. Hadis Nabi tentang Penguasa Zalim dan Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Rasulullah SAW mengajarkan bahwa menyuarakan kebenaran kepada pemimpin yang zalim merupakan salah satu bentuk jihad terbesar:

أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ

“Jihad yang paling utama adalah berkata benar di hadapan penguasa yang zalim.”
(HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah)

Hadis ini mengangkat keberanian moral di atas kekuatan fisik. Menyampaikan kebenaran kepada penguasa zalim bisa sangat berisiko, bahkan mengancam nyawa, namun Islam memandangnya sebagai jihad fi sabilillah.

Selain itu, Rasulullah bersabda:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ

“Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika tidak mampu juga, maka dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemahnya iman.”(HR. Muslim)

Ini menunjukkan bahwa umat tidak boleh diam terhadap kezaliman, apalagi jika kezaliman dilakukan oleh penguasa.

  1. Kisah Tokoh Terdahulu dalam Melawan Penguasa Zalim: Nabi Musa AS dan Fir’aun

Fir’aun adalah simbol kezaliman dalam sejarah umat manusia. Ia mengaku sebagai Tuhan, memperbudak Bani Israil, dan membunuh anak-anak laki-laki. Allah mengutus Nabi Musa untuk menghadapi penguasa yang sangat bengis ini:

“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun. Sesungguhnya dia telah melampaui batas (zalim).”
(QS. Thaha: 43)

Nabi Musa berdiri tegak melawan Fir’aun, meskipun ia tahu risikonya. Ini menjadi contoh agung bagaimana seorang utusan Allah ditugaskan untuk melawan kezaliman negara.

  1. Imam Ahmad bin Hanbal

Pada masa Khalifah Al-Ma’mun dari Dinasti Abbasiyah, negara mendukung paham Mu’tazilah dan memaksa seluruh ulama untuk mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk. Imam Ahmad menolak, karena bertentangan dengan akidah Ahlus Sunnah.

Akibatnya, beliau dipenjara dan disiksa. Namun, beliau tetap teguh. Keteguhan Imam Ahmad adalah contoh keberanian intelektual dan iman dalam menghadapi tekanan politik yang zalim.

  1. Al-Husain bin Ali RA

Cucu Nabi Muhammad SAW, Al-Husain bin Ali, menolak mengakui kekuasaan Yazid bin Muawiyah karena dianggap tidak adil dan tidak layak memimpin umat. Beliau memilih untuk berangkat ke Kufah dan akhirnya gugur di Karbala. Peristiwa ini menjadi simbol perlawanan terhadap kekuasaan yang tidak adil, meskipun harus berujung syahid.

  1. Hukum Melawan Penguasa Zalim dalam Fikih Islam

Para ulama berbeda pendapat soal cara melawan penguasa zalim. Namun, mayoritas sepakat bahwa:

  • Jika kezaliman ringan, maka dianjurkan untuk menasihati dengan cara yang hikmah.
  • Jika kezaliman berat dan merusak kehidupan rakyat, maka rakyat boleh melakukan perlawanan asalkan tidak menimbulkan kerusakan yang lebih besar (prinsip laa darar wa laa diraar).
  • Namun, perlawanan harus dipimpin oleh ulama atau tokoh yang mampu menjaga stabilitas agar tidak jatuh ke dalam fitnah atau anarki.

Penulis : Syahidan Mukri (Staff Pengurus Pesantren MAQI)

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Advertisment ad adsense adlogger