Tsaqafah

Nasihat bagi Ahlul ‘Ilmi

Kita sering menerjemahkan ”nasihat” sebagai wejangan yang diberikan orang yang tua kepada yang lebih muda, sehingga melahirkan rasa, bahwa orang yang muda dari segi umur, tidak berhak dan tidak boleh memberi nasihat. Yang pada akhirnya, sering kita temukan, orang yang menjadi penasihat disuatu organisasi, adalah orang yang sudah tua.

Kata  “نَصِيْحَة  ” berasal dari kata “نَصَحَ  ” bermakna “أَخْلَصَ  “, yaitu memurnikan. Sehingga نَصَحَ عَمَلَهُ memiliki arti, bersih amalnya, atau murni amalnya. Maka نَصَحَ عَمَلَهُ bermakna أَخْلَصَهُ.

Ahlul ‘ilmi artinya pemilik ilmu atau orang yang berilmu.

Ada nasihat yang penting untuk diketahui oleh setiap orang yang sedang menuntut ilmu secara khusus, juga umat islam secara umum. Yaitu nasihat imam al-ghazali yang ditujukan kepada muridnya, yang diabadikan dalam sebuah buku berjudul ” ayyuhal walad” kalau diterjemahkan, kurang lebih maknanya adalah “wahai anak”. Nasihat-nasihatnya sebagai berikut :

Wahai anak, termasuk nasihat yang disampaikan Rosululloh kepada umatnya ialah sabda nabi : “tanda berpalingnya Alloh dari hamba ialah kesibukannya dengan urusan yang tidak perlu baginya.”

Sesungguhnya manusia yang menghabiskan sesaat umurnya dalam selain ibadah yang diciptakan baginya, patutlah penyesalannya akan berlangsung lama. Dan siapa yang umurnya lebih dari empat puluh tahun, sedangkan kebaikannya tidak melebihi kejelekannya, hendaklah ia bersiap-siap menuju neraka.

Wahai anak, nasihat itu mudah dan yang sulit adalah menerimanya, karna bagi pengikut hawa nafsu rasanya pahit.

Sebabnya ialah hati mereka menyukai larangan-larangan, khususnya penuntut ilmu yang resmi dan sibuk mengurusi kesenangan nafsu dan kebaikan dunia. Ia menyangka bahwa ilmu semata-mata akan menyebabkan keselamatannya dan tidak membutuhkan amal.

Orang yang tertipu ini tidak tahu bahwa ketika menghasilkan ilmu, dan tidak mengamalkannya, maka hujjah atas kesalahannya lebih kuat. Rosul bersabda :

أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ عاَلِمٌ لَا يَنْفَعُ اللّٰهُ بِعِلْمِهِ

“orang yang paling keras siksanya di hari kiamat ialah orang alim (yang berilmu) yang Alloh tidak memberinya manfaat dengan ilmunya.”

Seorang penyair berkata :

Andai kata kamu menakar dua ribu liter khomer,

Maka khomer itu tidak bisa memabukkan,

 jika kamu tidak minum.

 

Sama seperti ilmu, andaikata kita membaca satu juta buku, namun ilmu yang kita dapatkan dari buku itu, tidak kita gunakan, maka akan sia-sialah ilmu itu. Bahkan menurut riwayat tadi kita akan celaka. Maka ilmu akan menjadi bumerang bagi kita diakhirat kelak, apabila tanpa amal.

Firman Alloh :

جَزَاءً بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

“sebagai balasan atas apa yang selalu mereka kerjakan.” (q.s at-taubah : 82)

Artinya, tanpa amal, ilmu menjadi tidak bermanfaat.

Wallohu a’alam bisshowwab.

Oleh: Ustadz Nurfalah (Staff Pengajar Pesantren MAQI)

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Advertisment ad adsense adlogger