Tsaqafah

Cemburu Boleh Lhoo..

Salah satu sifat lelaki yang saleh adalah pencemburu. Karena hal itu mengisyaratkan adanya perasaan cinta.

Islam memuji lelaki yang memiliki rasa cemburu dan mencela orang yang tidak memilikinya. Selain menganjurkan rasa cemburu, Islam juga memberikan batas-batasnya. Yang mana bila batas-batas ini dilanggar, rusaklah kebahagian rumah tangga.

Suami yang saleh harus mampu memahami hal ini, agar dapat mewujudkan kehidupan yang sakinah, mawadhah, dan rahmah. Seperti dalam sabda Rasulullah saw dari Abu Hurairah: ”Allah itu pecemburu dan seorang mukmin juga pecemburu.

Kecemburuan Allah itu bila ada seorang hamba datang kepada-Nya dengan perbuatan yang diharamkan-Nya”. (HR. Bukhari). “Dari Ibnu Mas’ud ra. berkata, Sa’d bin Ubadah berkata, ” Kalau ketahuan ada seorang lelaki bersama istri saya, akan saya potong lehernya dengan pedang sebagai sangsinya.” Bersabda Rasulillah saw. : ” Herankah kalian dengan cemburunya Sa’ad itu? Ketahuilah bahwa saya lebih cemburu dari padanya. Demi Allah saya cemburu karena kecemburuan Allah terhadap perbuatan keji, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi ” (HR. Bukhari)
Memang haruslah demikian agar seorang mukmin mempunya sifat dan berperangai ilahiyah dan nabawiyah ini. Adapun orang yang tidak mempunyai rasa cemburu, dia tidak dapat menjaga kehormatan istrinya.

Ia acuh tak acuh ketika istrinya bersolek dan memakai parfum untuk pergi ketempat umum, memamerkan rambutnya, memperlihatkan tubuhnya atau auratnya, memamerkan foto-foto narsisnya di akun fb atau yang lain, dan berbicara dengan dibuat-buat agar menarik perhatian atau membuat status dan berkomentar d fb dengan ungkapan yang tidak pantas (sebagai seorang istri). Perbuatan seperti itu adalah perbuatan tercela sebagai mana dalam sabda Rasulillah saw : ” Tiga golongan yang tidak bakal masuk surga: orang yang durhaka terhadap bapak ibunya, Duyuts ( Orang yang tidak mempunyai rasa cemburu), dan perempuan yang menyerupai laki-laki.” ( HR. Nasai dan Hakim).

Wallohu A’lam bis Showwaab..

Penulis : Ustadz A. Muslim Nurdin, S.Pd (Mudir Pesantren MAQI)

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Advertisment ad adsense adlogger